Konsep Proses Menua



Konsep Proses Menua


  Konsep Proses Menua

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa lanjut usia (lansia) merupakan rentang usia terakhir dari perkembangan kehidupan manusia. Hasil konferensi United Nations World Assembly on Ageing di Vienna  pada tahun 1989 dan ASEAN mendefinisikan lansia sebagai individu yang berusia 60 tahun ke atas. Kesejahteraan dari segi kestabilan emosi pada lansia sangatlah penting untuk mencapai kehidupan yang penuh makna sehingga dapat mencapai kebahagiaan pada diri lansia. Kebanyakan lansia fokus pada perubahan-perubahan negatif pada dirinya sehingga melupakan potensi dan segi positif pada dirinya.
Dalam menghadapi perubahan yang drastis tersebut, tidak semua lansia mampu menyikapinya dengan sikap dan penerimaan diri yang positif. Sikap positif adalah sikap optimis yang terbentuk dari proses kognitif, afektif, serta psikomotorik dimana ketiga  proses tersebut hanya fokus pada hal-hal yang sifatnya baik (Chapman, 1987). Salah satu tugas perkembangan lansia menurut Erikson dalam Santrock (1995) adalah body transcendence versus body preoccupation. Salah satu bentuk perwujudannya adalah dengan mencari arti kehidupan yang lebih bermakna daripada hanya sekedar fisik saja (Suardiman, 2010).
Tanpa adanya usaha untuk mencari makna dalam setiap episode hidup, manusia akan kehilangan potensi-potensi terbaiknya (Baumeister & Vohs, 2002). Baumeister dan Vohs (2002) menghubungkan pencarian makna hidup dengan empat kebutuhan dasar, yaitu (1) tujuan, terdiri dari tujuan objektif dan pemenuhan subjektif, (2) nilai-nilai, yang dapat menjustifikasi aspek tertentu dalam sebuah tindakan, (3) efikasi, kepercayaan untuk mengubah keadaan, dan (4) harga diri,alasan seseorang untuk merasa sebagi orang yang  baik dan berharga.
Keempat kebutuhan dasar ini membantu manusia dalam mendefinisikan dirinya, dan menggali makna hidupnya. Berbeda dengan masyarakat barat yang memandang proses  penuaan sebagai semacam disabilitas (Santrock, 1995), masyarakat timur khususnya wilayah Asia menempatkan lansia pada di tempat istimewa dalam masyarakat sebagai sosok yang bijaksana dan kaya akan pengalaman (Lu dkk, 2010). Di Indonesia, masyarakat memandang kaum lansia sebagai sesepuh dan sebagai penasihat atau narasumber keluarga dalam pembuatan keputusan (Munandar dalam Nurhidayah & Agustini, 2012). Meskipun masyarakat Asia khususnya Indonesia memiliki pandangan yang positif terhadap lansia, sikap lansia sendiri dalam menghadapi proses penuaan dirinya masih jarang dikaji dalam  penelitian kuantitat



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan mausia (Rosma Sofia, 2014).
Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur lebih dari 60 tahun.
Menurut Ratna Suhartini dari UNAI, lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan, pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiolgis organ tubuhnya.
Sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005)
2.2  BATASAN LANSIA
a.       WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok, yaitu :
1.      Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 tahun
2.      Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3.      Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4.      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
b.      sedangkan menurut nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang di sebut lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
c.        menurut Prof.Dr koesmanto setyonegoro, lanjut usia di kelompokkan menjadi :
1.      usai dewasa muda, atau 29 – 25 tahun
2.      usia dewasa penuh atau maturitas. 25 – 60 tahun atau 65 tahun
3.      lanjut usia lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang di bagi lagi dengan :
4.      70 – 75 tahun, 75 – 80 tahun
5.      Berusia lebih dari 80 tahun
d.      Menurut UU No 4 Tahun 1965 pasal 1 , seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

e.       penggolongan lansia menurut DEPKES RI di kutip dari Azis (1994) menjadi 3 kelompok, yakni :
1.      kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia
2.      kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3.      kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
2.3 PERMASALAHAN LANSIA DI INDONESIA
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain (setia budi, 1999)
a.       Permasalahan umum
1.      Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2.      Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati
3.      Lahirnya kelompok masyarakat industry
4.      Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional pelayanan lanjut usia
5.      Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia
b.      Permasalahan khusus
1.      Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental, maupun social
2.      Berkurangnya integrasi social lanjut usia
3.      Rendahnya produktifitas kerja lansia
4.      Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat
5.      Berubahnya nilai social masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic
6.      Adanya dampak negatife dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
c.       Permasalahan kesehatan pada lansia
1.      Aktivitas yang berkurang
Masalah yang sering muncul pada lanjut usia biasanya disebabkan oleh faktor internal dalam tubuh individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. Akibatnya aktivitas tubuh juga tidak bisa berjalan secara maksimal. Biasanya hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan tulang karena osteoporosis, sendi dan otot tubuh, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah.
2.      Pada lanjut usia keluhan-keluhan yang muncul dikarenakan karena menurunnya fungsi organ tubuh didalamnya dirinya maupun karena faktor dari luar tubuh seperti lingkungan dan pengruh konsumsi obat obatan. Contohnya yaitu terjatuh, walaupun hal itu tidak berdampak berat bagi dirinya sampai menimbulkan kematian akan tetapi hal tersebut akan menyebabkan hilangnya rasa kurang percaya diri pada individu.
3.      Incontinence


2.4 TIPE-TIPE LANSIA
pada umumnya lansia lebih dapat beradapatasi tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000 ) adalah :
1.      Tipe Arif bijaksana : yaitu tipe kaya pengalaman, menyelesaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2.      Tipe mandiri : yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan
3.      Tipe tidak puas : yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
4.      Tipe pasrah : yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik
5.      Tipe bingung : yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam berbagai tipe yang bergantung pada karakter pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonomnya, tipe ini antara lain.
1.       Tipe Optimis
Lansia santau dan tenang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2.      Tipe Konstruktif
Mempunyai integrasi baik dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri, biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
3.      Tipe Ketergantungan
Lansia ini masih bisa diterima di lingkungan masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, tidak mempunyai inisiatif dan tidak praktis dalam bertindak.
4.      Tipe Defensif
Sebelumnya memiliki riwayat jabatan atau pekerjaan yang tidak stabil, selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, kompulsif aktif, dan menyenangi masa pensiunan.
5.      Tipe Militan dan Serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa menjadi panutan.
6.      Tipe Bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga, umumnya memiliki pekerjaan tidak stabil disaat muda, mengangap menjadi tua merupakan hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih muda.
7.      Tipe Putus Asa
Membenci dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami penurunan sosio – ekonomi, tidak bisa menyeuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami kemarahan tetapi juga depresi, menganggap masa tua adalah masa yang tidak menarik.



2.5 Teori Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu:
A.    Teori Biologi
1.      Teori Genetik
Menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program genetic yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya.
2.      Wear and tear theory
Desubutkan bahwa proses menua terjadi akibat dari kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakn fungsinya.
3.      Teori nutrisi
Proses menua dan kualitas proses menua dipengaruhi oleh intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya, intake yang baik akan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
4.      Teori muasi somatic
Penuaan terjadi akibat adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA dan RNA protein/enzim.
5.      Teori Stres
Terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan tubuh. Rehenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan sel yangmenyebabkan sel tubuh lelah terpakai.
B.     Teori psikologi
1.      Teori Kebutuhan Dasar Manusia
Setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang ndividu akan berusaha memenuhi kebutuan pada piramida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat piramida di bawahnya telah terpenuhi. Ketika individu mengalami  proses menua individu akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi.



2.      Teori Individualisme Jung
Kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental. Teori ini mengatakan proses menua akan berhasil apabila individu dapat melihat ke dalam dan nilai dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya.
3.      Teori Tugas Perkembangan
Menurut tugas tahaan pekembangan ego ericksson, tugas perkembangan lansia adalah integrity despair. Jika lansia dapat menemukan arti dari hidup yang dijalaninya , maka lansia akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan mengatur proses menua yang dialaminya.
4.      Teori Pusat Kehidupan Manusia 
Berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang, terdapat lima fase :
a.       Masa anak anak yang masih belum memiliki tujuan hidup yang realistic.
b.      Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik
c.       Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih konkrit dan beusaha untuk mewujudkannya.
d.      Usia pertengahan; melihat kebelakang dan mengevaluasi tujuan yang tercapai
e.       Lansia : saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup
2.5 Proses Menua
Proses menua merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan, sampai saat ini banyak definisi dari teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan terkait waktu, bersifat universal, intrisik, profesif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup.
Proses menua yang terjadi bersifat individual yang berarti :
1.    Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2.    Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda
3.    Tidak ada faktor pun yang mencegah proses menua.
BAB IV
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan mausia (Rosma Sofia, 2014). WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok, yaitu :Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Setiap individu akan mengalami penuaan berdasarkan beberapa teori yaitu Teori Genetik, Wear and tear theory, Teori nutrisi, Teori mutasi somatic, dan stress. Masalah yang terjadi pada lanjut usia di Indonesia adalah tentang kesehatan.
3.2  Saran
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan saran pentingnya mengetahui batasan batasan usia lansia sehingga mampu untuk mengantisipasi masalah yang sering terjadi utamanya pada sistem kesehatan.















DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
Siti Bandiyah. 2009. Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika



Konsep Proses Menua Konsep Proses Menua Reviewed by Nasirul ulum on November 24, 2018 Rating: 5

No comments:

Laporan Pendahuluan Ileus

Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Ileus

Powered by Blogger.