Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Stroke Non Hemoragik (SNH)


Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Stroke Non Hemoragik (SNH). 




  Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Stroke Non Hemoragik (SNH)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Stroke non hemoragik ialah salah satu penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah ke otak, penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga di Amerika Serikat dan menjadi penyebab sekitar 150.000 kematian setiap tahunnya (Black & Hawks; 2014), di Indonesia penyakit ini menduduki peringkat atas di wilayah perkotaan (Martini; 2014). Penderita stroke non hemoragik umumnya memiliki berat badan berlebih atau obesitas (Brunner & Suddarth), lemak yang tertimbun akibat obesitas tersebut akan membentuk plak pada pembuluh darah atau disebut  aterosklerosis, hal ini merupakan penyebab utama terjadinya stroke non hemoragik (Black & Hawks; 2014).
Jumlah penderita stroke non hemoragik di Indonesia mencapai 83% dari seluruh kasus stroke pada umumnya (Black & Hawks; 2014). Kenaikan prevalensi stroke non hemoragik terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013, dimana ditahun 2012 terdapat 23.257 penderita, dan pada tahun 2013 penderita mencapai 28.772 orang (Profil Kesehatan Provinsi, 2013). Apabila dilihat dari prosentase penyebab stroke non hemoragik, 20% penderita mengalami trombus arteri besar, 25% karena trombus arteri penetrasi kecil, 20% karena emobik kardiogenik, 30% karena stroke kriptogenik, dan 5% karena penyebab lain (Brunner & Suddarth; 2014).
Penyebab stroke non hemoragik ialah adanya penyumbatan lumen pembuluh darah oleh karena trombus dan emboli yang terlalu lama makin menebal, sehingga aliran darah tidak lancar hal ini dapat mengakibatkan kurangnya oksigen ke otak (Batticaca;2012). Dampak apabila kekurangan oksigen akan mengalami penurunan perfusi dan terjadi kematian sel sehingga akan mengalami perubahan permanen dalam waktu 3-10 menit, yang menyebabkan kerusakan arteri, sehingga terjadi gangguan pada mobilats klien. Infark yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan gangguan mobilitas pada bagian tubuh kiri dan sebaliknya karena jaringan syaraf berjalan bersilangan dalam jalur piramid dari otak ke saraf spinal (Black & Hawks; 2014).
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai latihan rehabilitasi, latihan ini berfungsi untuh  mencegah kecacatan pada pasien stroke non hemoragik dan dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari (Rahayu; 2015). Latihan ROM pasif lebih memberikan pengaruh dibandingkan ROM aktif, ini disebabkan karena perawat akan membantu menggerakkan bagian ekstermitas yang mengalami kelemahan dalam rentang gerak penuh, hal inilah yang membuat tingakat keberhasilan ROM pasif lebih berpengaruh dibandingkan ROM aktif (Murtaqib; 2013). Tindakan mandiri lainnya, perawat juga dapat memberikan edukasi kepada klien stoke non hemoragik untuk mengubah pola hidup seperti mengikuti diet sehat dan mempertahankan berat badan (Bruner & suddarth; 2014) untuk tindakan kolaborasi, perawat dapat bekerjasama dengan ahli terapi fisik sebagai sumber perencanaan aktivitas perawatan pasien yang berguna untuk  mempertahankan atau meningkatkan mobilitas (Wilkinson; 2014). Berdasarkan penelitian yang didapatkan, penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
1.2    Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan klien yang mengalami stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
1.3  Rumusan Masalah
Bagaimanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas fisik ?
1.4  Tujuan
1.4.1        Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
1.4.2        Tujuan khusus
1)      Melaksanakan pengkajian keperawatran pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
2)      Menetapkan diagnose keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
3)      Menetapkan perencanaan tindakan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
4)      Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien strok non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam  RSUD Blambangan
5)      Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
1.5  Manfaat
1.5.1        Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau masukan bagi perkembangan asuhan keperawatan pada klien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
1.5.2        Manfaat Praktis
1.      Bagi Perawat
Untuk masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di RSUD Blambangan
2.      Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan baik pihak rumah sakit dalam pengembangan asuhan keperawatan pada klien stroke non hemoragik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan pengembangan ilmu dan berguna sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
4.      Bagi Klien
Hasil penelitian ini diharapkan klien dapat melakukan latihan range of motion sebagai sarana rehabilitasi secara mandiri maupun dibantu untuk mencegah kecacatan pada klien.



BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit Stroke Non Hemoragik
2.1.1 Definisi Stroke Non Hemoragik
            Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (Martini, 2014).
Stroke non hemoragik adalah hilangnya fungsi otak secara mendadak akibat gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth; 2014). Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik atau emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah atau gumpalan hasil terbentukbya trombus (Nurarif; 2015).
2.1.2  Etiologi Stroke Non Hemoragik
Stroke biasanya terjadi disebabkan oleh salah satu dari kejadian dibawah ini :
1.      Thrombolisis
Pengumpulan trombus mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotelial dari pembuluh darah. Arteroslerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan membentuk plak di dinding pembuluh darah, plak ini yang membuat pembuluh drah menyempit (Black & Hawks; 2014)
2.      Emboli cerebral
yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir melalui pembuluh darah dibawa ke otak, dan nyumbat aliran darah bagian otak tertentu (Nurarif; 2015)
3.      Spasme pembuluh darah
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, penurunan aliran darah ke arah otak yang disuplay oleh pembuluh darah yang menyempit. (Black & Hawks; 2014)
2.1.3  Manifestasi Klinis Stroke Non Hemoragik
Manifestasi klinis dari stroke sangat beragan  tergantung dari arteri serebral yang terkena dan luasnya kerusakan jaringan cerebral manifestasi klinis yang sering terjadi diantaranya adalah kelemahan pada alat gerak penurunan kesadaran gangguan penglihatan gangguan komunikasi sakit kepala dan gangguan keseimbangan. Tanda gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal dan mengenai satu sisi.
Menrut Masriadi (2016) tanda dan gejala stroke iskemik di hubungkan dengan bagian artei yang terkena sebagai berikut :
a.        Arteri karotis interna
1.      Paralisis pada wajah, tangan dan kaki bagian sisi yang berlawanan
2.      Gangguan sensori pada wajah tangan dan kaki
b.      Arteri serebri anterior
1.      Paralisis pada kaki sisi yang berlawanan
2.      Gangguan sensori kaki an jari daerah yang berlawanan daerah terkena
3.      Gangguan koknitif
4.      Inkontenensia uri
c.         Arteri cerebri posterior
1.      Gguan kesadaran sampai koma
2.      Kerusakan memori
3.      gangguan penglihatan
d.      Arteri cerebri media
1.      Hemiplegi pada kedua ekstermitas
2.      Kadang kadang kebutaan
3.      Afasia global
2.1.4 Patofisiologi Stroke Non Hemoragik
Stroke iskemik paling sering disebabkan oleh oklusi pembulu pembuluh darah otak besar akibat emboli maupun trombosis yang  dapat bersumber dari jantung, arkus aorta, atau lesi arteri lainnya, seperti arteri karotis (Hariyanto; 2015).
Emboli dan trombus inilah yang mengakibatkan berkurangnya atau adanya penurunan suplai darah ke otak yang akan mengakibatkan infark sehingga otak tidak dapat melakukan metabolis anaerobnya. Luasnya infark tergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat (Black & Hawks; 2014)
Pasien sroke hemoragik akan mengalami beberapa perubahan pada daerah ekstermitas, perubahan yang terjadi ini sesuai dengan arteri mana yang terkena infark (Masriadi; 2016). Pasien paling sering mengalami disartria ialah berkurangnya kemampuan berbicara namun masih dapat memahami kalimat yang disampaikan seseorang, disartria disebabkan oleh disfungsi saraf kranial pada arteri vertebrobasilar atau cabangnya (Black & Hawks; 2014). Afasia merupakan penurunan kemampuan berkomunikasi, afasia ini dibagi menjadi tiga dengan gangguan yang berbeda yaitu Afasia wernic yang memengaruhi pemahaman berbicara sebagai hasil dari infark pada lobus temporal otak. Afasia Broca mempengaruhi produksi bicara sebagai akibat dari infark lobus frontal otak dan afasia global mempengaruhi komprehensi dan poduksi bicara (Black & Hawks; 2014). Hemiplegi dan hemiparesis merupakan kondisi dimana tubuh mengalami penurunan kemampuan yang disebabkan oleh infark pada arteri serebral anterior yang merupakan pusat pengontrol gerakan (Masriadi; 2016)
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Stroke Non Hemoragik
a.       EKG 12 sandapan dan
Didapatkan gelombang R monofasik, menghilang dan melebar pada sandapan I, V5 & V4  terutama gelombang S ini terjadi bila adanya kardiomegali (Liza, 2017)
b.      CT Scan (Brunner & Suddarth, 2014)
CT scan didapatkan lesi lebih dari sepertiga wilayah arteri serebri
media. Hal ini disebabkan karena trombolisis yang dilakukan pada daerah ireversibel yang luas memiliki resiko tinggi terjadinya perdarahan. (Mardhiah, 2014)
c.       Nilai Laboratorium
Menurut Muhammad (2014) nilai rerata kadar gula darah pasien stroke non hemoragik dengan ketergantungan total ialah 163,50 mg/dL, pada ketergantungan berat 150,25 gr/dL dan ketergantungan sedang 156,75 mg/dL. 37,5%  pasien stroke non hemoragik mengalami penurunan hemoglobin dengan nilai di bawah 12-14 gr/dL (Rut Pamela; 2015).
d.      Thorax Photo
Didapatkan kardiomegali tanpa bendungan paru, dengan batas jantung kanan lebih dari 1/3 diafragma kanan dan sudut kardiofrenikus lancip, double kontur sisi kanan jantung, aurikel menonjol dan bronkus utama kiri terangkat. Pada lateral view menekan esofagus ke belekang atau kesamping .atrium kii menojol 1/3 bagian tengah belakang ampak jantung memebesar kekiri dengan apek terangkat(CTI >55) Dengan segmen pulmonal menonjol. Double kontur super posisi dengan certebra (Abdullah 2014).
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Mobilitas dan Imobilitas
2.2.1 Definisi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatanya (Lukman; 2013). Sedangkan imobilitas ialah suatu bentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigenasi tubuh mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Tirah
baring akan mengurangi kekuatan otot tubuh rata-rata 3% sehari (Handiyani; 2015)
2.2.2 Tujuan Mobilisasi
Menurut Handiyani (2015) tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi, mempertahankan diri (melindungi dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang.
2.2.3 Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuam untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miing, duduk, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategoi tingkat kemmpuan adalah sebagai berikut :
a.       Tingkat aktivitas 0 ialah mampu merawat diri sendiri secara penuh
b.      Tingkat aktivitas 1 ialah aktivitas dengan menggunakan alat bantu
c.       Tingkat aktivitas 2 ialah aktivitas dengan bantuan atau pengawasan
d.      Tingkat aktivitas 3 ialah aktivitas dengan bantuan pengawasan orang lain dan peralatan
e.       Tingkat aktivitas 4 ialah tingkat aktivitas yang tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
(Lukman; 2013)
2.2.4 Nilai skala gerakan tangan dan tungkai
Menurut Black & Hawks (2014) anggota gerak diletakkan pada posisi yang benar, ekstensi bagian lengan 900 dilakukan jika pasien duduk atau 450 jika pasien berbaring, untuk tungkai 300 dan harus dalam keadaan berbaring. Perubahan yang terjadi dinilai apabila lengan terjatuh sebelum 10 detik dan tungkai sebelum 5 detik, nilai untuk skala adalah sebgai berikut :
0 : tidak ada perubahan dalam gerakan
1 : terjadi perubahan gerak, tangan atau tungkai jatuh sebelum 10 detik tanpa mengenai benda pendukung
2 : terjadi beberapa gerakan menahan gravitasi : gerakan turun kearah tempat tidur namun terlihat adanya usaha menahan gravitasi
3 : tidak ada usaha menahan gravitasi lengan langsung jatuh ke bawah
4 : tidak ada gerakan
2.2.4 Range of motion (ROM)
        Range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau gerak sendi  yang baik dan normal. ROM juga digunakan untuk menegakkan atau menyatakan kelainan dan batas gerak sendi yang abnormal (Noor; 2016).
Menurut Murtaqib (2013) gerakan ROM terdiri dari gerak ROM aktif dan gerak ROM pasif. Berikut ini merupakan gerakan ROM menurut Suratun (2013).
1.      Latihan ROM lengan
a.       Lengan bawah fleksi, sehingga telapak tangan dan jari jari tangan pada posisi vertikal.
b.      Lakukan gerak fleksi kedepan pada pergelangan
c.       Lakukan gerakan fleksi ke belakang pada pergelangan tangan klien
d.      Ulangi gerakan tersebut sampai 8 kali
2.      Latihan ROM siku
a.       Posisi tangan pasien sejajar dengan tubuh dengan telapak tangan menghadap keatas
b.      Lakukan gerakan fleksi sikudengan mengangkat lengan bawah kearah atas
c.       Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sebanyak 8 kali
3.      Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah
a.       Perawat memutar lengan bawah pasien kearah luar atau ke arah perawat
b.      Kembalikan ke posisi semula
c.       Lakukan gerakan supinasi, perawat meutar lengan bawah pasien kearah dalam.
d.      Kembalikan ke posisi semula, lakukan gerakan 8 kali
4.      Latihan fleksi dan ekstensi bahu
a.       Mengangkat lengan klien ke atas sehingga posisi tangan klien tegak lurus
b.      Kembalikan ke posisi semula dan lakukan sebnayak 8 kali
5.      Abduksi dan adduksi bahu
a.       Posisi lengan pasien sejajar dengan tubuh telapak tangan menghadap keatas
b.      Gerakkan tangan menjauhi tubuh, kembalikan ke posisi semula, ulangi gerakan 8 kali
6.      Latihan rotasi bahu
a.       Posisi lengan kanan bawah pasien tegak lurus dengan lengan fleksi
b.      Gerakkan lengan bawah ke arah depan atau ke bawah sehingga menyemtuh tempat tidur
c.       Kembalikan ke possi semula
d.      Perawat menggerakkan lengan bawah ke belakang sampai punggung tangan menyentuh tempat tidur.
e.       Ulangi gerakan 8 kali
7.      Latihan fleksi dan ekstensi jari kaki
a.       Posisi kaki pasien lurus
b.      Lakukan gerakan fleksi jari jari ke depan atau jari jari menghadap ke arah permukaan tempat tidur
c.       Lakukan gerakan ekstensi jari dengan menggerakkan jari jari kebelakang atau ke arah dorsopedis
d.      Ulangi kegiatan 8 kali
8.      Latihan inversi dan eversi kaki
a.       Posisikan kaki klien dalam posisi ekstensi
b.      Gerakkan kaki klien kearah dalam sehingga telapak kaki menghadap kearah kaki lainnya
c.       Kembalikan ke posisi semula
d.      Lakukan gerakan memutar kearah luar sehingga telapak kaki menjauhi kaki lainnya
e.       Kembalikan ke posisi semula
f.       Ulangi sebanyak 8 kali
9.      Latihan fleksi dan ekstensi lutut
a.       Perawat mengangkat kaki klien dengan tinggi 8 cm kemudian tekik lutut kearah dada
b.      Lakukan gerakan ekstensi lutut, dengan menrunkan kaki klien kebawah dan kembalikan ke posisi semula
c.       Ulangi kegiatan sebanyak 8 kali
10.  Latihan adduksi dan abduksi pangkal paha
a.       Perawat mengangkat kaki klien dengan tinggi 8 cm,
b.      Angkat kaki klien kearah samping menjauhi tubuh
c.       Lakukan gerakan abduksi dengan mengangkat kaki dan arahkan mendekati tubuh
d.      Ulangi sampai 8 kali
DATAR PUSTAKA

Abdullah Rozi. 2014. Rotgen Kardio Megali. Buku Saku Kedokteran. https://bukusakudokter.org diakses Juni 2017
Agustinus, 2017. Syarat Diit Pada Stroke. https://kompasiana.com diakses Juni 2017
Aprilia, Maureen.2015. Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran Menurun. http://Kalbemed.com diakses Juni 2017
Artikel Dexamedica.2017.CITICOLINE. https://Dexa-medica.com diakses Juni 2017
ArtikelHallosehat 2017 Trauma Pada Kepala http://Hallosehat.com/PenyakitStoke diakses Juni 2017 
Batticaca, Fransisca. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta. Salemba Medika
Black & Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.Salemba Medika
Brunner & Suddarth.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.EGC
Handiyani, Hanny.2015.Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id diakses Juni 2017
Haryanto, Awan. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media
Irma, okta. 2015. Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi. Universitas Airlangga
Lestari, Indah Putri.2014. Hubungan Antara Lama PenggunaMetode Kontrasepsi.  Hormonal Dengan Kejadian Hipertertensi. https://pmbstikesbojonegoro.ac.id/e-journal/index
Liza,2017. Buku Saku Klinis Kardiovaskular. http://www.foxitsoftwae.com diaksen Juni 2017
Lukman.2013.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal.Jakarta.Salemba Medika
Mardiah, Asma.2014.Tanda Awal Stroke Iskemik Pada CT-Scan Tanpa Kontras. Universitas Gadjah Mada https://xa.yimg.com diakses Juni 2017
Martini, Santi.2014.Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Stroke.Surabaya. Jurnal berkala pidemiologi Vol (2)
Masriadi.2016.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta. Trans Info Media
Murtaqib. 2013. Pengaruh Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke di Kecamatan Tanggul. Jember. Jurnal Kesehatan Universitas Jember Vol 9 (2) http://jurnal.unej.ac.id diakses Juni 2017
Noor, Zairin.2016.Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal.Jakarta.Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC. Jogjakarta, Mediaction
Profil Kesehatan Provinsi.2013.Angka Kejadian Stroke Non Hemoragik. www.depkes.go.id/resources. Diakses Juni 2017
Rahayu, Kun ika Nur.2015.Pengaruh Pemberian ROM Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke. Jurnal Keperawatan P-ISSN 2086-3071
Ramadhani, Ariesta.2015.Gambaran Angka Kejadian Stroke Akibat Hipertensi Di Instalasi Rehabilitasi Medik Manado.Fakultas Kedokteran Samratulangi Manado
Rut Pamela.2015.Hubungan Kadar Hemoglobin Dalam Prognosis Pada Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr.Moewardi. Jurnal Kedokteran Surakarta https://digilib.uns.ac.id diakses Juni 2017
Sari, Indah.2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stroke Berulang.Surakarta. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah
Siloam, Hospital. 2016. Kenali Golden Period Dalam Penanganan Stroke. http://www.1health.id/id/articl diakses Juli 2017
Suratun, dkk.2013. Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal.Jakarta.EGC
Susanto, Albert. 2014. Peranan CT Scan Kepala Dalam Diagnosis Nyeri Kepala Kronis. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya
Syaifuddin.2014.Anatomi Fisiologi.Jakarta.EGC
Unita. 2016. Anatomi Otak. http://unita.lecture.ub.ac.id. Diakses Juli 2017
Wilkinson, M judith.2014.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta.EGC
Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Stroke Non Hemoragik (SNH) Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Stroke Non Hemoragik (SNH) Reviewed by Nasirul ulum on November 26, 2018 Rating: 5

No comments:

Laporan Pendahuluan Ileus

Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Ileus

Powered by Blogger.