BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Stroke
non hemoragik ialah salah satu penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah ke
otak, penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga di Amerika Serikat
dan menjadi penyebab sekitar 150.000 kematian setiap tahunnya (Black &
Hawks; 2014), di Indonesia penyakit ini menduduki peringkat atas di wilayah
perkotaan (Martini; 2014). Penderita stroke non hemoragik umumnya memiliki berat
badan berlebih atau obesitas (Brunner & Suddarth), lemak yang tertimbun
akibat obesitas tersebut akan membentuk plak pada pembuluh darah atau
disebut aterosklerosis, hal ini
merupakan penyebab utama terjadinya stroke non hemoragik (Black & Hawks;
2014).
Jumlah penderita stroke non
hemoragik di Indonesia mencapai 83% dari seluruh kasus stroke pada umumnya
(Black & Hawks; 2014). Kenaikan prevalensi
stroke non hemoragik terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013, dimana ditahun
2012 terdapat 23.257 penderita, dan pada tahun 2013 penderita mencapai 28.772
orang (Profil Kesehatan Provinsi, 2013). Apabila dilihat dari prosentase penyebab
stroke non hemoragik, 20% penderita mengalami trombus arteri besar, 25% karena
trombus arteri penetrasi kecil, 20% karena emobik kardiogenik, 30% karena
stroke kriptogenik, dan 5% karena penyebab lain (Brunner & Suddarth; 2014).
Penyebab stroke non hemoragik ialah adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh karena trombus
dan emboli yang terlalu lama makin
menebal, sehingga aliran darah tidak lancar hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya oksigen ke otak (Batticaca;2012). Dampak
apabila kekurangan oksigen akan mengalami penurunan perfusi dan terjadi
kematian sel sehingga akan mengalami perubahan permanen dalam waktu 3-10 menit,
yang menyebabkan kerusakan arteri, sehingga terjadi gangguan pada mobilats
klien. Infark yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan
gangguan mobilitas pada bagian tubuh kiri dan sebaliknya karena jaringan syaraf
berjalan bersilangan dalam jalur piramid dari otak ke saraf spinal (Black &
Hawks; 2014).
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan tindakan yang dapat dilakukan
oleh perawat sebagai latihan rehabilitasi, latihan ini berfungsi untuh mencegah kecacatan pada pasien stroke non
hemoragik dan dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari (Rahayu; 2015).
Latihan ROM pasif lebih memberikan pengaruh dibandingkan ROM aktif, ini
disebabkan karena perawat akan membantu menggerakkan bagian ekstermitas yang
mengalami kelemahan dalam rentang gerak penuh, hal inilah yang membuat tingakat
keberhasilan ROM pasif lebih berpengaruh dibandingkan ROM aktif (Murtaqib;
2013). Tindakan mandiri lainnya, perawat juga dapat memberikan edukasi kepada
klien stoke non hemoragik untuk mengubah pola hidup seperti mengikuti diet
sehat dan mempertahankan berat badan (Bruner & suddarth; 2014) untuk
tindakan kolaborasi, perawat dapat bekerjasama dengan ahli terapi fisik sebagai
sumber perencanaan aktivitas perawatan pasien yang berguna untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
(Wilkinson; 2014). Berdasarkan penelitian yang didapatkan,
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
1.2
Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan
klien yang mengalami stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
1.3
Rumusan Masalah
Bagaimanakan asuhan
keperawatan pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas
fisik ?
1.4
Tujuan
1.4.1
Tujuan
Umum
Melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas
fisik di Ruang Penyakit
Dalam RSUD Blambangan
1.4.2
Tujuan
khusus
1)
Melaksanakan
pengkajian keperawatran pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
2)
Menetapkan
diagnose keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
3)
Menetapkan
perencanaan tindakan keperawatan pada pasien stroke
non hemoragik dengan gangguan
mobilitas
fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
4)
Melaksanakan
tindakan keperawatan pada pasien strok non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
5)
Melakukan
evaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
1.5
Manfaat
1.5.1
Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis, hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi refrensi
atau masukan bagi perkembangan asuhan keperawatan pada klien stroke non
hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
1.5.2
Manfaat
Praktis
1.
Bagi Perawat
Untuk masukan
dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di RSUD
Blambangan
2.
Bagi Rumah Sakit
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan baik pihak rumah
sakit dalam pengembangan asuhan keperawatan pada klien stroke non hemoragik di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan pengembangan ilmu dan berguna
sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
4.
Bagi Klien
Hasil
penelitian ini diharapkan klien dapat melakukan latihan range of motion sebagai sarana rehabilitasi secara mandiri maupun
dibantu untuk mencegah kecacatan pada klien.
BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1 Konsep Dasar
Penyakit Stroke Non Hemoragik
2.1.1 Definisi Stroke Non Hemoragik
Definisi
stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (Martini, 2014).
Stroke non hemoragik adalah hilangnya
fungsi otak secara mendadak akibat gangguan suplai darah ke bagian otak
(Brunner & Suddarth; 2014). Stroke non hemoragik biasa disebut dengan
stroke iskemik atau emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan
darah atau gumpalan hasil terbentukbya trombus (Nurarif; 2015).
2.1.2
Etiologi Stroke Non Hemoragik
Stroke biasanya terjadi disebabkan oleh
salah satu dari kejadian dibawah ini :
1. Thrombolisis
Pengumpulan trombus
mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotelial dari pembuluh
darah. Arteroslerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan membentuk plak di
dinding pembuluh darah, plak ini yang membuat pembuluh drah menyempit (Black
& Hawks; 2014)
2. Emboli
cerebral
yaitu bekuan darah atau
lainnya seperti lemak yang mengalir melalui pembuluh darah dibawa ke otak, dan
nyumbat aliran darah bagian otak tertentu (Nurarif; 2015)
3. Spasme
pembuluh darah
Spasme arteri serebral yang
disebabkan oleh infeksi, penurunan aliran darah ke arah otak yang disuplay oleh
pembuluh darah yang menyempit. (Black & Hawks; 2014)
2.1.3 Manifestasi Klinis Stroke Non Hemoragik
Manifestasi klinis dari stroke sangat
beragan tergantung dari arteri serebral
yang terkena dan luasnya kerusakan jaringan cerebral manifestasi klinis yang
sering terjadi diantaranya adalah kelemahan pada alat gerak penurunan kesadaran
gangguan penglihatan gangguan komunikasi sakit kepala dan gangguan
keseimbangan. Tanda gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal dan
mengenai satu sisi.
Menrut Masriadi (2016) tanda dan gejala
stroke iskemik di hubungkan dengan bagian artei yang terkena sebagai berikut :
a.
Arteri karotis interna
1.
Paralisis pada wajah, tangan dan kaki
bagian sisi yang berlawanan
2.
Gangguan sensori pada wajah tangan dan
kaki
b.
Arteri serebri anterior
1.
Paralisis pada kaki sisi yang berlawanan
2.
Gangguan sensori kaki an jari daerah
yang berlawanan daerah terkena
3.
Gangguan koknitif
4.
Inkontenensia uri
c.
Arteri cerebri posterior
1.
Gguan kesadaran sampai koma
2.
Kerusakan memori
3.
gangguan penglihatan
d.
Arteri cerebri media
1.
Hemiplegi pada kedua ekstermitas
2.
Kadang kadang kebutaan
3.
Afasia global
2.1.4
Patofisiologi Stroke Non Hemoragik
Stroke iskemik paling
sering disebabkan oleh oklusi pembulu pembuluh darah otak besar akibat emboli
maupun trombosis yang dapat bersumber
dari jantung, arkus aorta, atau lesi arteri lainnya, seperti arteri karotis
(Hariyanto; 2015).
Emboli dan trombus
inilah yang mengakibatkan berkurangnya atau adanya penurunan suplai darah ke
otak yang akan mengakibatkan infark sehingga otak tidak dapat melakukan
metabolis anaerobnya. Luasnya infark tergantung pada lokasi dan ukuran arteri
yang tersumbat (Black & Hawks; 2014)
Pasien sroke hemoragik
akan mengalami beberapa perubahan pada daerah ekstermitas, perubahan yang
terjadi ini sesuai dengan arteri mana yang terkena infark (Masriadi; 2016).
Pasien paling sering mengalami disartria
ialah berkurangnya kemampuan berbicara namun masih dapat memahami kalimat yang
disampaikan seseorang, disartria
disebabkan oleh disfungsi saraf kranial pada arteri vertebrobasilar atau
cabangnya (Black & Hawks; 2014). Afasia
merupakan penurunan kemampuan berkomunikasi, afasia ini dibagi menjadi tiga dengan gangguan yang berbeda yaitu Afasia wernic yang memengaruhi pemahaman
berbicara sebagai hasil dari infark pada lobus temporal otak. Afasia Broca mempengaruhi produksi
bicara sebagai akibat dari infark lobus frontal otak dan afasia global mempengaruhi komprehensi dan poduksi bicara (Black
& Hawks; 2014). Hemiplegi dan hemiparesis merupakan kondisi dimana
tubuh mengalami penurunan kemampuan yang disebabkan oleh infark pada arteri
serebral anterior yang merupakan pusat pengontrol gerakan (Masriadi; 2016)
2.1.5
Pemeriksaan Penunjang Stroke Non Hemoragik
a. EKG
12 sandapan dan
Didapatkan gelombang R
monofasik, menghilang dan melebar pada sandapan I, V5 & V4 terutama gelombang S ini terjadi bila adanya
kardiomegali (Liza, 2017)
b. CT
Scan (Brunner & Suddarth, 2014)
CT
scan didapatkan lesi lebih dari sepertiga wilayah arteri serebri
media. Hal ini disebabkan karena trombolisis yang dilakukan pada daerah ireversibel yang luas memiliki resiko tinggi terjadinya perdarahan. (Mardhiah, 2014)
media. Hal ini disebabkan karena trombolisis yang dilakukan pada daerah ireversibel yang luas memiliki resiko tinggi terjadinya perdarahan. (Mardhiah, 2014)
c.
Nilai
Laboratorium
Menurut
Muhammad (2014) nilai rerata kadar gula darah pasien stroke non hemoragik
dengan ketergantungan total ialah 163,50 mg/dL, pada ketergantungan berat
150,25 gr/dL dan ketergantungan sedang 156,75 mg/dL. 37,5% pasien stroke non hemoragik mengalami
penurunan hemoglobin dengan nilai di bawah 12-14 gr/dL (Rut Pamela; 2015).
d.
Thorax
Photo
Didapatkan
kardiomegali tanpa bendungan paru, dengan batas
jantung kanan lebih dari 1/3 diafragma kanan dan sudut kardiofrenikus lancip, double
kontur sisi kanan jantung, aurikel menonjol dan bronkus utama kiri terangkat.
Pada lateral view menekan esofagus ke belekang atau kesamping .atrium kii
menojol 1/3 bagian tengah belakang ampak jantung memebesar
kekiri dengan apek terangkat(CTI >55) Dengan segmen pulmonal menonjol.
Double kontur super posisi dengan certebra (Abdullah 2014).
2.2 Konsep Kebutuhan
Dasar Mobilitas dan Imobilitas
2.2.1
Definisi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan
individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatanya (Lukman; 2013).
Sedangkan imobilitas ialah suatu bentuk tirah baring
yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigenasi tubuh
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Tirah
baring akan mengurangi kekuatan otot tubuh rata-rata 3% sehari (Handiyani; 2015)
baring akan mengurangi kekuatan otot tubuh rata-rata 3% sehari (Handiyani; 2015)
2.2.2
Tujuan Mobilisasi
Menurut Handiyani (2015) tujuan
mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar termasuk melakukan aktifitas hidup
sehari-hari dan aktifitas rekreasi, mempertahankan diri (melindungi dari
trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang.
2.2.3
Kemampuan Mobilitas
Pengkajian
kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuam untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miing, duduk, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategoi tingkat
kemmpuan adalah sebagai berikut :
a.
Tingkat aktivitas 0 ialah mampu merawat
diri sendiri secara penuh
b.
Tingkat aktivitas 1 ialah aktivitas
dengan menggunakan alat bantu
c.
Tingkat aktivitas 2 ialah aktivitas
dengan bantuan atau pengawasan
d.
Tingkat aktivitas 3 ialah aktivitas
dengan bantuan pengawasan orang lain dan peralatan
e.
Tingkat aktivitas 4 ialah tingkat
aktivitas yang tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
(Lukman;
2013)
2.2.4
Nilai skala gerakan tangan dan tungkai
Menurut
Black & Hawks (2014) anggota gerak diletakkan pada posisi yang benar,
ekstensi bagian lengan 900 dilakukan jika pasien duduk atau 450
jika pasien berbaring, untuk tungkai 300 dan harus dalam keadaan
berbaring. Perubahan yang terjadi dinilai apabila lengan terjatuh sebelum 10
detik dan tungkai sebelum 5 detik, nilai untuk skala adalah sebgai berikut :
0 : tidak ada perubahan
dalam gerakan
1 : terjadi perubahan
gerak, tangan atau tungkai jatuh sebelum 10 detik tanpa mengenai benda
pendukung
2 : terjadi beberapa
gerakan menahan gravitasi : gerakan turun kearah tempat tidur namun terlihat
adanya usaha menahan gravitasi
3 : tidak ada usaha
menahan gravitasi lengan langsung jatuh ke bawah
4 : tidak ada gerakan
2.2.4 Range of motion
(ROM)
Range of motion (ROM)
merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau gerak sendi yang baik dan normal. ROM juga digunakan
untuk menegakkan atau menyatakan kelainan dan batas gerak sendi yang abnormal
(Noor; 2016).
Menurut Murtaqib (2013)
gerakan ROM terdiri dari gerak ROM aktif dan gerak ROM pasif. Berikut ini
merupakan gerakan ROM menurut Suratun (2013).
1. Latihan
ROM lengan
a. Lengan
bawah fleksi, sehingga telapak tangan dan jari jari tangan pada posisi
vertikal.
b. Lakukan
gerak fleksi kedepan pada pergelangan
c. Lakukan
gerakan fleksi ke belakang pada pergelangan tangan klien
d. Ulangi
gerakan tersebut sampai 8 kali
2. Latihan
ROM siku
a. Posisi
tangan pasien sejajar dengan tubuh dengan telapak tangan menghadap keatas
b. Lakukan
gerakan fleksi sikudengan mengangkat lengan bawah kearah atas
c. Kembalikan
ke posisi semula dan ulangi sebanyak 8 kali
3. Latihan
pronasi dan supinasi lengan bawah
a. Perawat
memutar lengan bawah pasien kearah luar atau ke arah perawat
b. Kembalikan
ke posisi semula
c. Lakukan
gerakan supinasi, perawat meutar lengan bawah pasien kearah dalam.
d. Kembalikan
ke posisi semula, lakukan gerakan 8 kali
4. Latihan
fleksi dan ekstensi bahu
a. Mengangkat
lengan klien ke atas sehingga posisi tangan klien tegak lurus
b. Kembalikan
ke posisi semula dan lakukan sebnayak 8 kali
5. Abduksi
dan adduksi bahu
a. Posisi
lengan pasien sejajar dengan tubuh telapak tangan menghadap keatas
b. Gerakkan
tangan menjauhi tubuh, kembalikan ke posisi semula, ulangi gerakan 8 kali
6. Latihan
rotasi bahu
a. Posisi
lengan kanan bawah pasien tegak lurus dengan lengan fleksi
b. Gerakkan
lengan bawah ke arah depan atau ke bawah sehingga menyemtuh tempat tidur
c. Kembalikan
ke possi semula
d. Perawat
menggerakkan lengan bawah ke belakang sampai punggung tangan menyentuh tempat
tidur.
e. Ulangi
gerakan 8 kali
7. Latihan
fleksi dan ekstensi jari kaki
a. Posisi
kaki pasien lurus
b. Lakukan
gerakan fleksi jari jari ke depan atau jari jari menghadap ke arah permukaan
tempat tidur
c. Lakukan
gerakan ekstensi jari dengan menggerakkan jari jari kebelakang atau ke arah
dorsopedis
d. Ulangi
kegiatan 8 kali
8. Latihan
inversi dan eversi kaki
a. Posisikan
kaki klien dalam posisi ekstensi
b. Gerakkan
kaki klien kearah dalam sehingga telapak kaki menghadap kearah kaki lainnya
c. Kembalikan
ke posisi semula
d. Lakukan
gerakan memutar kearah luar sehingga telapak kaki menjauhi kaki lainnya
e. Kembalikan
ke posisi semula
f. Ulangi
sebanyak 8 kali
9. Latihan
fleksi dan ekstensi lutut
a. Perawat
mengangkat kaki klien dengan tinggi 8 cm kemudian tekik lutut kearah dada
b. Lakukan
gerakan ekstensi lutut, dengan menrunkan kaki klien kebawah dan kembalikan ke
posisi semula
c. Ulangi
kegiatan sebanyak 8 kali
10. Latihan
adduksi dan abduksi pangkal paha
a. Perawat
mengangkat kaki klien dengan tinggi 8 cm,
b. Angkat
kaki klien kearah samping menjauhi tubuh
c. Lakukan
gerakan abduksi dengan mengangkat kaki dan arahkan mendekati tubuh
d. Ulangi
sampai 8 kali
DATAR PUSTAKA
Abdullah Rozi. 2014. Rotgen Kardio Megali. Buku Saku
Kedokteran. https://bukusakudokter.org
diakses Juni 2017
Aprilia,
Maureen.2015. Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran Menurun. http://Kalbemed.com diakses Juni 2017
Batticaca, Fransisca. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta.
Salemba Medika
Black
& Hawks.2014.Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta.Salemba Medika
Brunner & Suddarth.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.EGC
Haryanto, Awan. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media
Irma, okta. 2015. Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi. Universitas Airlangga
Lestari,
Indah Putri.2014. Hubungan Antara Lama PenggunaMetode Kontrasepsi. Hormonal Dengan Kejadian Hipertertensi. https://pmbstikesbojonegoro.ac.id/e-journal/index
Lukman.2013.Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal.Jakarta.Salemba
Medika
Mardiah, Asma.2014.Tanda Awal Stroke Iskemik Pada
CT-Scan Tanpa Kontras. Universitas Gadjah Mada https://xa.yimg.com diakses Juni 2017
Martini, Santi.2014.Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Stroke.Surabaya.
Jurnal berkala pidemiologi Vol (2)
Masriadi.2016.Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular.Jakarta. Trans Info Media
Murtaqib. 2013. Pengaruh
Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada
Penderita Stroke di Kecamatan Tanggul. Jember. Jurnal Kesehatan Universitas
Jember Vol 9 (2) http://jurnal.unej.ac.id
diakses Juni 2017
Noor,
Zairin.2016.Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal.Jakarta.Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC
NOC. Jogjakarta, Mediaction
Profil Kesehatan Provinsi.2013.Angka Kejadian Stroke
Non Hemoragik. www.depkes.go.id/resources. Diakses Juni 2017
Rahayu, Kun ika Nur.2015.Pengaruh Pemberian ROM Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post
Stroke. Jurnal Keperawatan P-ISSN 2086-3071
Ramadhani,
Ariesta.2015.Gambaran Angka Kejadian Stroke Akibat Hipertensi Di Instalasi
Rehabilitasi Medik Manado.Fakultas Kedokteran Samratulangi Manado
Rut Pamela.2015.Hubungan
Kadar Hemoglobin Dalam Prognosis Pada Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr.Moewardi.
Jurnal Kedokteran Surakarta https://digilib.uns.ac.id
diakses Juni 2017
Sari,
Indah.2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stroke Berulang.Surakarta.
Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah
Siloam, Hospital. 2016. Kenali Golden Period Dalam Penanganan Stroke. http://www.1health.id/id/articl
diakses Juli 2017
Suratun,
dkk.2013. Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal.Jakarta.EGC
Susanto, Albert. 2014. Peranan CT Scan Kepala Dalam Diagnosis Nyeri
Kepala Kronis. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya
Syaifuddin.2014.Anatomi
Fisiologi.Jakarta.EGC
Wilkinson,
M judith.2014.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta.EGC
Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Stroke Non Hemoragik (SNH)
Reviewed by Nasirul ulum
on
November 26, 2018
Rating:
No comments: