Konsep Asuhan Persalinan Normal
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan
lahir. (Icemi Sukarni,187 : 2013)
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bilan (37-42 minggu) , lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Icemi Sukarni,187 : 2013)
Beberapa
pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan
dengan bantuan, persalinan spontan anjuran bila persalinan terjadi tidak dengan
sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada
penyulit.(Icemi Sukarni,187 : 2013)
Persalinan
normal adalah proses mulai keluarnya bayi dengan kondisi belakang kepala dahulu
melalui vagina dalam keadaan hidup dan tanpa alat bantu, dengan lama persalinan
kurang dari 24 jam. (Iis Sinsin, 6 : 2008)
Persalinan
normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak
melukai ibu dan janin, yang berlangsung sekitar 18-24 jam dengan letak janin
belakan kepala.(Anik Puji Rahayu, 54 : 2016)
B. ETIOLOGI
Beberapa
teori tentang mulainya persalinan yaitu: penurunan kadar progesterone, teori
oxytosin, peregangan otot otot uterus yang berlebihan, pengaruh janin dan teori
prostaglandin. (Icemi Sukarni,187-188 : 2013)
Sebab
terjadinya partus sampai saat ini masih merupakan teori teori yang kompleks,
factor factor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai factor factor yang
mengakibatkan partus muali. Perubahan perubahan dalam biokimia dan biofisika
telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone. Seperti diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot otot
uterus. Menurunnya kadar kedua hormone ini berlangsung kira kira 1-2 minggu
sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15
hingga aterm meningkat, lebih lebih sewaktu partus. Seperti telah dikemukakan,
“plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi corealis mengalami
perubahan perubahan sehingga kadar progesterone dan estrogen menurun. (Icemi
Sukarni,187-188 : 2013)
Keadaan
uterus yang terus membasar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot otot
uterus. Hal ini mungkin merupakan factor yang dapat menganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori berkurangnya
nutrisi pada janin dikemukakan oleh hipocrates untuk pertama kalinya. Bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
Factor lain yang yang dikemukakan adalah tekanan pada ganglion servikale dan
ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan. (Icemi Sukarni,187-188 :
2013)
C. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda
tanda persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu ()saat uterus
berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan menipis) berakhir
dengan lahirnya plasenta secara singkat.
Tanda
dan gejala menjelang persalinan antara lain : perasaan distensi berkurang
(lightening), perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, blood show,
lonjakan energy, gangguan pada saluran cerna
Lightening
mulai dirasakan kira kira mulai 2 minggu menjelang persalinan, adalah penurunan
bagian presentasi kedalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi
biasanya menancap setelah lightening. Lightening adalah sebutan bahwa kepala
janin sudah turun. Sesak nafas yang dirasakan sebelumnya selama trimerter ke
III kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan menciptakan ruang yang
lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru. Hal hal spesifik berikut
akan dialami ibu : ibu jadi sering berkemih, karena kandung kemih ditekan
karena ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang, perasaan tidak nyaman
akibat tekanan panggul yang menyeluruh yang membuat ibu merasa tidak enak dan
timbul sensasi terus menerus bahwa sesuatu harus dikeluarkan atau ia perlu
defekasi. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi
pada syaraf yang menjalar melalui foramen ischiadikum mayor dan menuju ke
tungkai.
Mendekati
persalinan servix “matang” kalau tadinya selama masa hamil, servix dalam
keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang servis masih lunak, dengan
konsistensi seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan dan kemungkinan
sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan servix akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya. Pembukaan servix diduga terjadi akibat peningkatan
Braxton hicks. Servix menjadi matang pada periode yang berbeda beda sebelum
persalinan. Kematangan servix mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
Bloody
show paling sering terlihat sebagai rabas lender bercampur darah yang lengket
dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas
tersebut , wanita sering kali berpikir bahwa ia melihat tanda persalinan.
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
sampai 48 jam.
D. PATOGISIOLOGI
Beberapa
jam sebelum terakhir persalinan, ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks dan mendorong janin keluar melalui
jalan lahir. Banyak mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak energy
dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja
keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi myometrium pada
persalinan terasa yeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk
mendeskripsikan proses ini.
Hampir
96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun ubun kecil terletak dikiri depan,
kurang lebih 23% dikanan depan, kurang lebih 11% dikanan belakang dan kurang
lebih 8% dikiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan
disebal kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.
Seperti
telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang peranan dalam
persalinan ialah : 1. Kekuatan kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his
dan kekuatan mengejan; 2. Keadaan jalan lahir dan 3. Janinnya sendiri. His
adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menybabkan servix membuka dan
mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk dalam rongga panggul.
Masuknyya kepala
,elintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus ialah bila arah
sumbu kepala tegak lurus dengan pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang
pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah
sumbu kepala membuat sudut lancip kedepan dnegan pintu atas panggul. Dapat juga
asinklitismus posterior menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
Keadaan
asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala
dengan asinklitismus posterior karena ruang pelvis di daerah posterior lebih
luas disbanding dengan ruang pelvis didaerah anterior.
Akibat
sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala
yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggul.
Dengan
fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yakni
dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin berada
didalam keadaan fleksi maximal. Kepala yang sedang turun menemui diagfragma
pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah depan. Akibat kombinasi
elastisitas diagfragma pelvis dan ttekanan intrauterine disebabkan oleh his
yang berulang ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pual putaran paksi dalam.
Didalam hal mengadakan rotasi ubun ubun kecil akan berputar kearah depan,
sehingga di dasar panggul ubun ubun kecil dibawah simfisis, dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janinlebih tampak.
Perineum menjadi lebih lebar dan tipis anus membuka dinding rectum. Dengan
kekuatan his bersamaan dengan kekuatan mengejan, berturut turut tampak bregma,
dahi, muka dan akhirnya dagu, setealh kepala lahir kepala segera mengadakan
rotasi yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan
kembali ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu
melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Didalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahuu akan berada dalam posisi depan
belakang selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu
belakang demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu baru kemudian
trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya. (Sarwono Prawirohardjo,
310-314 : 2009)
Persalinan kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)
persalinan kala 1 dibagi atas 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten persalinan dimuali sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik kurang
dari 4 cm, biasanya berlangsung dibawah hingga dibawah 8 jam.
Fase aktiv persalinan : frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat, servik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap, terjadi penurunan
bagian bawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 : fase akselerasi dalam 2 jam
pembukaan 3cm dampai 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm sampai 9 cm, fase deselari pembukaan menjadi
lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 sampai lengkap.
Mekanisme pembukaan servix berbeda antara pada
primigravida dengan multigravda. Pada yang pertama ostium uteri intemun akan
membuka terlebih dahulu, sehingga servik akan medatar dan menipis baru kemudian
ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisn dan pendataran servik terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap
bila ketuban pecah sebelum pembukaan 5cm disebut ketuban pecah dini.
Persalinan kala II, persasuhan alinan kala II (kala
pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Perubahan fisiologi secara umum yang terjadi pada persalinan kala II yaitu his
menjadi lebih kuat dan lebih sering,timbul tenaga untuk meneran, perubahan
dalam dasar panggul, lahirnya fetus. (Icemi Sukarni, 214-218 : 2013)
Persalinan kala III, dimulai setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Taufan Nugroho,
4 : 2011)
Persalinan kala IV, dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum. (Taufan Nugroho, 4 : 2011)
E.
KOMPLIKASI
a.
Partus Lama (Icemi
Sukarni, 217 : 2013)
b.
Gawat Janin (Icemi
Sukarni, 217 : 2013)
c.
Ruptur Uteri (Icemi
Sukarni, 217 : 2013)
d.
Trauma perinium
oleh karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba tiba sehingga
kulit dan jaringan perinium robek. (Icemi Sukarni, 274 : 2013)
e.
Infeksi pasca
persalinan oleh karena luka robekan atau luka guntingan (Icemi Sukarni, 267 :
2013)
f.
Gangguan
pengeluaran plasenta (Icemi Sukarni, 260 : 2013)
g.
Retensuo plasenta di
sebabkan oleh adesi yang kuat antara plasenta dan uterus (sarwono
prawirohardjo, 526 : 2009)
h.
Prolaps tali pusat
(Icemi Sukarni, 246 : 2013)
F.
PENATALAKSANAAN
1.
58 Langkah APN
1)
Mendengar dan
meliat tanda persalinan kala dua
2)
Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitoksin
& memasukkan alat suntik sekali pakai 3ml ke dalam wadah partus set
3)
Memakai celemek
plastik
4)
Memastikan lengan
tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5)
Memakai satung
tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
6)
Mengambil alat
suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi sengan oksitoksin dan letakkan
kembali kedalam wadah partus set
7)
Membersihkan vulva
dan perinium dengan kapasbasah yang telah dibasahi oleh air matang dengan
gerakan vulva ke perinium
8)
Melakukan
pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sedah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
9)
Mencelupkan tangan
kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% membuka sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan meredam dalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa djj setelah kontruksi uterus selesai pastikan
djj dalam batas normal (120-160x/menit)
11) Memeberi tahu ibu pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik minta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan
ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok aau mengambil
posisi nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60menit
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu
17) Membuka tutup partus set memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan
diameter5-6cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi
jika telah lahir den kain kering dan bersih dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu, setelah itu kita melakukan prasat stenan (prasat untuk melindungi perinium
dengan satu tangan dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu
sisi perinium dan 4jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepara bayi. Tahan belekang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perinium)
20) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi
dengan kasa steril kemudian mmeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaan
paksi luar secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncu dibawah arkus
pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah kearah perinium
untuk menyanggah kepala, lengan, siku sebelah bawah guakan tangan atas utuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri
punggung bawah bokong dan tungkai bawah janin untuk meemgang tungkai awah
(selipkan ari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas:
a.
Apakah bayi
menangis kuat dan atau bernafas atau kesulitan
b.
Aakah bayi bergerak
aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk kain atau yang kering. Membiarkan bayi diatas perut
ibu
27) Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus
28) Memberitahukan ibu bahwa ia akan disuntik oksitosinagar
uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1menit setelah bayi baru lahir suntikan
oksitosin 10unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan
klem kira kira 3cm dari pusat bayi mendorong isi tali pusat kearah distal ibu
dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem ke 2
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah terjepit lindungi
perut bayi dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
kemudian melingkarkan kembali bengan tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya
33) Menyelimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan memasang
topi pada kepal
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm
dari vulva
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu ditepi
atas simfisis untulk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat
dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah doroskranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur
37) Melakukan penagangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas minta ibu meneran sampil penolong menarik talipusat dengan
atar sejajar lantai dan kemudian kearah atas mengikuti potos jalan lair (tetap
lakukan tekanan dorso kranial)
38) Setalh plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati hati bila perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan pitaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan mengosok fundus uteri secara sirkular menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput etuban sudah lahir
lengkap dan masukkan kedalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium
melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulitt ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbangan pengukuran bayiberi
tetes mata antibiotik profilaksi dan vitamin K i mg IM di paha kiri
anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vit K berikan suntikan
hepatitis B di paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
memiliki kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi kehilangan darah
49) Memeriksaan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam
pasca persalinan
50) Memerika kembali
bayi untuk memasikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempaykan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
52) Buang bahan bahan yang terkontaminasi ketempat sampah
yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT membersihkan
sisa cairan ketuban , lendir dan darah bantu ibu memakai pakaina bersih dan
kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan klorin 0,5%
56) Membersihkan sarung tangan di dalam laruan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam dalam larutan
klorin 0,5%
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf
2.
Asuhan Sayang Ibu
dan Sayang Anak
Asuhan
sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan menistruksikan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a.
Panggil ibu sesuai
namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
b.
Jelaskan asuhan dan
perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum melakukan asuhan tersebut
c.
Jelaskan proses
persalinan pada ibu dan keluarga
d.
Anjurkan ibu untuk
bertanya dan membicaakan rasa takut atau khawatir
e.
Dengarkan dan
tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
f.
Berkan dukungan,
besarkan hatinya, dan tentram perasaan ibu beserta anggota keluarganya
g.
Anjurkan ibu untuk
ditemani suami dan keluarganya
h.
Ajarkan kepada
suami dam anggota keluarga mengenai cara cara bagaiman memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
i.
Hargai privasi ibu
j.
Anjurkan ibu untuk
mencoba berbagai posisi selama persalnan
k.
Anjurkan ibu untuk
minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya
l.
Hargai praktik
praktik tradisional yang tidak memberikan pengaruh merugikan
3.
Pencegahan infeksi
a.
Minimalkan infeksi
yang di sebabkan oleh mikroorganisme
b.
Menurunkan resiko penularan
penyakit yang mengancam jiwa
c.
Setiap orang harus dianggap dapat menularkan
penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimtomatik
d.
Setiap orang harus
dianggap beresiko terkena infeksi
e.
Permukaan tempat
pemeriksaan, peralatan dan benda benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan
dengan kulit tidak utuh/selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah digunakan
harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
BAB III
KONSEP ASKEP
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Umunya
wanita yang tidak memiliki masalah penghambat seperti faktor power yang kurang,
ukuran bidang panggul ibu, presentasi janin, posisi janin (Icemi Sukarni,
188,192,196 : 2013)
2.
Riwayat kesehatan
Sekarang
Ibu
merasakan Sesak nafas, ibu jadi sering
berkemih, adanya kontraksi disertai nyeri, dan bloody show.
(ichemi Sukarni, 210-213 : 2013)
3.
Riwayat kesehatan Dahulu
Adakah
riwayat preeklamsia sebelumnya, kehamilan ganda (Ichemi Sukarni, 114 : 2013) riwayat
pembedahan pelvic atau uterin riwayat ini mungkin memerlukan SC, hubungan seksual beresiko infeksi selama
kelahiran melalui jalan lahir, riwayat abortus aborsi dapat menyebabkan
inkompetensi atau perlekatan servikal yang dapat menimbulkan masalah selama
kehamilan dan persalinan (Patricia Gonce Morton, 551 : 2005)
4.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
riwayat
keluarga dengan hipertensi apapun kausanya, memudahkan terjadinya preeklamsi
atau eklamsia (kennet leveno, 396 : 2009)
5.
Riwayat Psikologi
Pada
kala 1 ibu mengalami rasa takut, stress, ketidak nyamanan dan cemas (Icemi
Sukarni, 217 : 2013)
B.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Pemeriksaan kepala
Umumnya
tidak ada gangguan. Periksa dasar kulit
kepala dan rambut ibu, (tekstur warna dan kerontokan), odema, memar,
hiperpigmentasi. (Anik Puji Rahayu, 6-7 : 2016)
2.
Mata
Inspeksi
sklera dan konjungtiva ibu (Anik Puji Rahayu, 6-7 : 2016)
3.
Hidung
Periksa
lubang hidung ibu menggunakan spekulum hidung lihat apakah ada polip perdarahan
dan sekret (Anik Puji Rahayu, 6-7 : 2016)
4.
Mulut
Periksa
bagian mulut lidah gigi dan bibir, perhatikan adakah bibir pucat, pecah pecah,
stomatitis, cium juga bau mulut yang menyengat. (Anik
Puji Rahayu, 6-7
: 2016)
5.
Kelenjar tiroid
Rasakan
benjolan yang terasa saat ibu menelan (Anik Puji
Rahayu, 6-7 : 2016)
6.
Dada
Dengarkan
adanya suara nafas dan jantung ibu (Anik Puji
Rahayu, 6-7 : 2016)
Pada
sistem kardiovaskular TD sistolik meningkat rata rata 15mm Hg saat kontraksi.
Konsumsi oksigen meningkat (Icemi Sukarni, 218 : 2013)
7.
Pemeriksaan
payudara
Puting
menonjol/masuk, retraksi dada, massa, nodul aksila, periksa kolostrom.
(Anik Puji Rahayu, 6-7
: 2016)
8.
Pemeriksaan abdomen
Pantau
kontraksi, inggi fundus uteri, menentukan presentasi. (ilah sursilah, 8 : 2010)
9.
Genetalia
Periksa
konsistensi, derajat pendataran, besar pembukaan, dan pembukaan servix dalam
kaitannya dengan bagian presentasi dan vagina, adanya membran ketuban dengan
atau tanpa cairan amnion dibawah bagian presentasi sering dapat dirasakan
dengan palpasi yang cermat (kennet leveno, 142 : 2009)
10. Muskuluskeletal
Hormon
relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang, fleksibelitas pubis
meningkat, nyeri punggung (Icemi Sukarni, 219 : 2013)
C.
ANALISA DATA
NO
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
3
|
DS :
Pada kala I tidak
jarang ibumengalami perubahan psikologi seperti cemas stress dan rasa takut
(IcemiSukarni, 217:2013)
DO :
Tampak cemas,
bingung dan bekerja sama (Taufan Nugroho, 5 : 2011)
DO :
Adanya luka
episiotomi/robek, suhu >37 derajat C. (Taufan Nugroho, 7 : 2011)
DS:
Klien mengatakan
capek dan lemah
DO :
Klien tampak
lemah
(Taufan Nugroho,
8 : 2013)
|
Kontraksi rahim
Cemas
Kepala janin mendorong kebawah
Resiko infeksi
Kala II
His semakin kuat
Keinginan meneran kuat
Intoleransi aktivitas
|
Kecemasan
Resiko infeksi
Intoleransi
aktivitas
|
D.
DIAGNOSA
1.
Kecemasan
berhubungan dengan proses persalinan
2.
Nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan
4.
Resiko infeksi
berhubungan dengan trauma selama persalinan, episiotomi
5.
Resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
E.
INTERVENSI
no
|
diagnosa
|
tujuan
|
intervensi
|
rasional
|
|
1
2
3
4
5
|
Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan
Nyeri Berhubungan dengan kontraksi uterus
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan
Resiko infeksi
berhubungan dengan trauma selama persalinan, episiotomi
Resiko kekuranan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien
akan :
1. Meneruskan akivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami
kecemasan
2. Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas
3. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
(sebutkan 1-5 tidak pernah, jarang, kadang kadang, sering, atau selalu)
(wilkinson, 48 : 2014)
Setakah dilakukan tindakan 1x1jam pasien akan :
1.
Klien dapat
melakukan upaya relaksasi saat ada his
2.
Klien dapat
beristirahat saat his tidak ada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x6 jam pasien akan :
1.
dapat
menidentifikasi atrivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan dan
intoleransi aktivitas
2.
menampilkan aktivitas
kehidupan sehari hari dengan beberapa bantuan
(Wilkinson, 26 : 2014)
3.
memperlihatkan
kemajuan aktivitas sampai dengan mandiri (Taufan Nugroho, 9 : 2011)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien akan :
1.
terbebas
dari tanda dan gejala infeksi
2.
memperlihatkan
hygiene yang adekuat
3.
melaporkan
tanda atau gejala infeksi
(wilkinson, 425 : 2014)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3jam
perdarahan <500 cc, kontraksi uterus baik
|
1. Beri HE tentang ansietas yang dialami ibu adalah hal yang biasa
2.
Kaji tingkat
dan penyebab kecemasan klien
3.
Bicara
perlahan dan tenang
4.
Beri
dorongan untuk mengekspresikan perasaan
5.
Ajarkan teknik
relaksasi nafas denagn irama lambat
6.
Observasi
tingkat kecemasan
(taufan nugroho, 5-6 : 2011)
7.
Kolaborasi
dengan ahli
Psikoterapi
1.
Beri HE pada
klien bahwa nyeri saat his merupakan hal yang biasa
2.
Kaji
pengalaman nyeri klien, tentukan tingkat nyeri
3.
Ajarkan
tindakan
penurunan nyeri dengan massase pinggang belakang dan bernafas panjang
4.
Beri kesempatan
ibu untuk istirahat
5.
Observasi
his
1.
Beri HE
tentang penyebab intoleransi aktivitas
2.
Kaji
kemampuan aktivitas klien
3.
Rencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal sehari hari
4.
Observasi
asupan kebutuhan nutrisi
5.
Kolaborasi
Dengan dokter pemberian analgetik bila intoleransi aktivitas berhubungan
dengan nyeri
6.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi
1.
Beri HE
tentang tanda tanda infeksi
2.
Kaji faktor
resiko infeksi nosokomial
3.
Lakukan
vulva higiene dan personal ianhygiene
4.
Motivasi dan
pertahankan masukan kalori dan protein
5.
Observasi
tanda tanda infeksi (demam, nyeri, lochea dan keadaan luka)
6.
Kolaborasi
dengan ahli gizi unuk peningkatan gizi kalori dan protein
7.
Kolaborasi pemberian
antibiotik bila perlu
1.
Beri HE pada
klien untuk memperbanyak minum
2.
Kaji jumlah
perdarahan klien
3.
Berikan
cairan yang cukup
4.
Observasi
jumlah darah yang keluar
5.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi cairan
|
Untuk meringankan tingkan ansietas ibu
8.
Untuk
memntukan tingkat kecemasan pasien
9.
Suara yang
tenang dapat menenangkan ibuk dan menurunkan tingkat ansietas
10. Untuk mengurangi tingkat ansietas
11. Teknik relaksasi dapat mengendorkan otot
12. Untuk mengetahui sejauh mana ansietas yang dialami
klien
13. Untuk meningkatkan motivasi untuk melewati fase
tersebut.
1.
Agar klien
memahami bahwa nyeri yang dirasakan wajar dialami wanita yang akan melahirkan
2.
Untuk
mengetahui skala nyeri klien
3.
Tindakan
massase dan nafas perlahan akan membuat peredaran darah menjadi lancar dengan
harapan nyeri dapat berkurang
4.
Istirahat
yang cukup dapat membuat ibu menyimpan energi untuk persiapan persalinan
5.
Observasi
his untuk mengetahui membukanya serviks
1.
Setelah
pasien dan keluarga tahu penyebab intoleransi aktivitas diharapkan pasien
dapat mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan keletihan
2.
Untuk
mengetahui tingkat intoleransi aktivitas
3.
Untuk
memenuhi kebutuhan istirahat hidup pasien
4.
Nutrisi yang
seimbang akan memberikan energi untuk melakukan aktivitas
5.
Analgetik
dapat mengurangi nyeri
6.
Pemenuhan
nutrisi dapat membantu memberikan energi tubuh
1.
Dengan
menginformasikan tanda tanda infeksi diharaplan pasien akan melaporkan dan
akan mendapatkan penanganan lebih cepat
2.
Untuk
menghindari infeksi silang dan kaparahan infeksi
3.
Menjaga
tingkat kebersihan tubuh klien
4.
Gizi yang
baik akan meningkatkan imuntubuh sehingga tidak mudah terserang infeksi
5.
Untuk
antisipasi adanya infeksi dan mempercepat penanganan lanjutan jika terjadi
infeksi
6.
Protein
dapat mempercepat penyembuhan luka dan gizi seimbang dapat meningkatkan
imunitas
7.
Antibiotik
biasa diberikan untuk mencegah dan mengobati infeksi
1. Untuk meningkatkan kebutuhan cairan
2.
Untuk
mengukur jumlah output dan input
3.
Untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh
4.
Untuk
menilai jumlah perdarahan
5.
Untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh
|
DAFTAR PUSTAKA
Leveno, kenneth J.2009.obstetri
williams.Jakarta.EGC
Nugroho, Taufan.2011.asuhan
keperawatan maternitas,anak,bedah dan penyakit dalam. Yogyakarta. Nuha
Medika
Prawirohardjo, sarwono.2009. ILMU KEBIDANAN.Jakarta.PT Bina Pustaka
Rahayu, Anik puji.2016.Panduan
Praktikum Keperawatan Maternitas.Yogyakarta.deepublish Publisher
Sinsin, Iis.2008.Masa Kehamilan dan
Persalinan.Jakarta.Elex Media Komputindo
Asuhan Persalinan Normal
Reviewed by Nasirul ulum
on
November 29, 2018
Rating:
No comments: