Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri



LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN KONSEP DIRI


A.    MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri

B.     PROSES TERJADINYA MASALAH

1.    Definisi

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan realitas dunia. (Muhith, 2015)

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. (Muhith, 2015)

2.    Penyebab

a)    Faktor predisposisi

1)   Biologi :

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia. (Muhith,2015)

2)   Psikologi

Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan. (Muhith,2015)

3)   Sosio kultural

Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. (Muhith,2015)

4)   Faktor predisposisi gangguan citra tubuh

a.    Kehilangan / kerusakkan bagian tubuh (anatomi / fungsi).

b.    Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit).

c.    Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.

d.   Prosedur pengobatan seperi radiasi, kemoterapi, transplantasi.

5)   Faktor predisposisi gangguan harga diri

a.    Penolakan dari orang lain.

b.    Kurang penghargaan.

c.    Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten.

d.   Persaingan antar – saudara.

e.    Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

f.     Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.

6)   Faktor predisposisi gangguan peran

a.    Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.

b.    Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.

c.    Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.

d.   Peran yang terlalu banyak.

7)   Faktor predisposisi gangguan identitas diri

a.    Ketidakpercayaan orang tua pada anak.

b.    Tekanan dari teman sebaya.

c.    Perubahan struktur sosial.

b)      Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or external sources ) yang terdiri dari :

1)   Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

2)   Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :

a.    Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b.    Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.

c.    Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :

1.    Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

2.    Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.

3.    Prosedur medis dan perawatan.

3. Jenis

a)    Konsep diri aktual

Konsep diri ini dapat dinyatakan sebagai persepsi yang realistis terhadap diri kita sendiri. Ada juga yang menyatakan bahwa konsep diri aktual adalah persepsi persepsi atas siapa diri kita saat ini. Konsep diri aktual juga merupakan persepsi nyata kita pada diri kita sendiri dan persepsi pada orang lain, seperti status sosial, usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. (Muhith,2015)

b)   Konsep diri ideal

Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang atas dirinya harus seperti apa tampaknya. Individu biasa membandingkan konsep diri ideal dengan konsep diri aktual. Oleh karena manusia pada dasarnya ingin agar konsep diri aktualnya memiliki karakteristik yang sama atau mendekati konsep diri idealnya. Apabila kedua konsep diri ini berjauhan, maka individu akan berupaya untuk mencapai konsep diri yang ideal. (Muhith,2015)

c)    Konsep diri pribadi

Merupakan gambaran bagaimana kita menjadi diri sendiri. Kita berusaha untuk menjadi ramah, bersahabat, kreatif atau menyukai tantangan. (Muhith,2015)

d)   Konsep diri sosial

Konsep diri sosial pada dasarnya berkaitan dengan relasi kita pada sesama. Kita ingin agar orang lain memandang kita sebagai orang yang cerdas, menarik, baik hati, peduli pada nasib orang atau memiliki kemampuan menjalankan tugas-tugas pelik. Keinginan kita untuk menjadi seperti itu merupakan wujud konsep diri sosial. Dalam konsep diri sosial ini tercermin bagaimana kita ingin dipandang oleh orang lain sebagai bagian dari satu kelompok masyarakat. (Muhith,2015)

4.    Rentang Respon


Keterangan :

a)      Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima

b)      Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya

c)      Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain

d)     Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis

e)      Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain

5.    Proses Terjadinya Masalah

a.       Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang , kurangnya tanggung jawab, ideal diri yang tidak realistik, ketergantungan pada orang lain. Faktor predis posisi citra tubuh adalah :

1.      Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2.      Perubahan ukuran bentuk atau penampilan tubuh akibat penyakit

3.      Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.

4.      Proses pengobatan seperti radiasi dan kemotrapi

a)      Penolakan

b)      Kurang penghargaan, pola asuhan overprotektif, otoriter, tidak konsisten

c)      Persaingan antar saudara

d)     Kesalahan dan kegagalan berulang

e)      Tidak mampu mencapai standar

b.      Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adalaha hilangnya anggota tubuh berubahnya penampilan atau bentuk tubuh mengalami kegagalan menurunnya produktifitas

1.      Trauma : masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri kususnya trauma emosi seperti penganiyayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

2.      Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu rasa tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat konflik peran, keraguan peran, dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua hadapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.

3.      Perilaku :

a.       Citra Tubuh yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tersebut, menolak bercermin, menolak usaha rehabilitasi.

b.      Harga Diri Rendah diantara lainnya mengkrtik diri atau orang lain produktifitas menurun gangguan berhubungan ketegangan peran ,pesimis menghadapi hidup ,destruktif kepada diri , menarik diri secara social ,menarik diri dari realitas dan merasa tidak mampu.

c.       Keracunan Identitas antara lain tidak ada kode moral kepribadian yang bertentangan hubungan interpersonal yang eksploitatif ,perasaan hampa tingkat ansietas tinggi , masalah estimasi.

d.      Depersonalisasi meliputi efektif : kehidupan identitas ,perasaan terpisah dari diri ,perasaan tidak realistis ,rasa terisolasi yang kuat , kurang rasa berkesinambungan ,tidak mampu mencari kesenangan.

6.    Tanda dan Gejala

Tanda-tanda    individu    yang   memiliki    konsep    diri  negatif menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) adalah :

a)    Ia peka terhadap kritik. Orang   ini   sangat   tidak   tahan   kritik  yang   diterimanya   dan   mudah   marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dar individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagai hal yang    salah. Bagi orang seperti   ini   koreksi   sering  dipersepsi     sebagai    usaha    untuk   menjatuhkan        harga    dirinya. Dalam berkomunikasi   orang    yang    memiliki    konsep      diri  negatif   cenderung menghindari dialog yang    terbuka,    dan    bersikeras    mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

b)   Ia responsif sekali terhadap pujian.  Walaupun   ia   mungkin   berpura-pura   menghindari   pujian,   ia   tidak   dapat menyembunyikan          antusiasmenya      pada   waktu     menerima       pujian.  Buat orang    seperti  ini,  segala   macam   embel-embel       yang    menjunjung     harga  dirinya    menjadi     pusat   perhatian.    Bersamaan      dengan     kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.

c)    Ia cenderung bersikap hiperkritis.  Ia  selalu   mengeluh,     mencela    atau  meremehkan        apapun    dan   siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

d)   Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia   merasa   tidak   diperhatikan,   karena  itulah   ia   bereaksi  pada   orang   lain  sebagai     musuh,     sehingga     tidak   dapat    melahirkan      kehangatan      dan  keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan   berperilaku   yang   tidak   disenangi,   misalkan   membenci,   mencela  atau     bahkan     yang     melibatkan       fisik   yaitu    mengajak       berkelahi (bermusuhan).

e)    Ia bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain  dalam     membuat      prestasi.   Ia  akan    menganggap       tidak   akan    berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

7.    Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan orang     lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).

Ditandai dengan :

Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan, Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain, Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain, Kurang spontan ketika diajak bicara. Apatis, Ekspresi wajah kosong, Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal, Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

8.    Mekanisme Koping

a)    Jangka Pendek

1.    Kegiatan yang memberi dukungan sementara ( kompetisi olahraga, kontes popularitas )

2.    Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas ( musik keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus )

3.    Kegiatan mengganti identitas sementara ( ikut kelompok sosial, keagamaan, politik )

4.    Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara ( penyalahgunaan obat )

b)   Jangka Panjang

1.    Menutup identitas  dari orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri

2.    Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang lain.

9.    Penatalaksanaan

Konsep diri termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:

a)    Psikofarmako

Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain.

1) Anti Psikosis

a)    Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari

b)   Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan berkabut.

2) Anti Parkinson

Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi, frekuensi/retansi urin.

b)   Pengobatan Somatik

c)    Elektro Convulsif Therapi (ECT)

Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.

d)     Psikoterapi

Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.

e)      Terapy Modalitas

Therapi Okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.




10.     Pohon Masalah

Text Box: Effek
Text Box: Core
Text Box: Causa




























11.  Diagnosa Keperawatan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

12.     Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN
INTERVESI
Tujuan umum:
Pasien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan khusus:
TUK 1:
Pasien dapat membina hubungan saling percaya denan perawat
Kriteria hasil:
Setelah .... x interaksi, pasien menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat mau menutarakan masalah yang dihadapi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
1.      sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2.       perkembangan diri dengan sopan
3.      tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
4.      jelaskan tujuan pertemuan
5.      jujur dan menepati janji
6.      tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
7.       beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

TUK 2:
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria hasil:
Setelah .... x interaksi pasien dapat menyebutkan:
a.       Kemampuan yang dimiliki pasien
b.      Aspek positif keluarga
c.       Aspek positif lingkungan

1.      Diskusikan aspek positif keluarga dan lkingkungan yang dimiliki pasien
2.      Bersama pasien membuat  daftar tentang:
a.       Aspek positif pasien, keluarga, lingkungan
b.      Kemampuan yang dimiliki pasien
3.      Utamakan memberi pujian yang realistik dan hindarkan penilaian negatif
TUK 3:
Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk digunakan
Kriteria hasil:
Setelah .... x interaksi pasien dapat menyebutkan kemampuan yang dapat digunakan

1.      Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilaksanakan dan digunakan selama sakit
2.      Diskusiakn kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
TUK 4:
Pasien dapat (menepatkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Kriteria hasil:
Setelah ..... x interaksi pasien mampu membuat rencana kegiatan harian

1.      Rencana bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
a.       Kegiatan mandiri
b.      Kegiatan dengan bantuan
c.       Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien
3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan
TUK 5:
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
Kriteria hasil:
Setelah .... x pertemuan, pasien dpat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat

1.      Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2.      Pantau kegiatan yang dilaksanakan pasien
3.      Beri pujian atas keberhasilan pasien
4.      Diskusikan kemjungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pasien pulang
TUK 6:
Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria hasil:
Setelah ..... x pertemuan, pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga

1.      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawat
3.      Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
TUK 7:
Psien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria hasil:
Setelah..... pertemuan:
1.      Pasien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat
2.      Pasien dapat mendemostraksikan penggunaan obat
3.      Pasien termotivasi untuk berbicara dengan perawat apabila dirasakan ada efek samping obat
4.      Pasien memahami akibat berhentinya obat
5.      Pasien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat

Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
1.      Anjurkan pasien meminta sendiri obat pada perawat, dan merasakan manfaatnya.
2.      Anjurkan pasien dengan bertanya kepada dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan
3.      Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi
4.      Bantu pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
























STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan I

1)   Proses Keperawatan

a.    Kondisi pasien

Senang menyendiri, duduk dipojok termenung, apatis, ekspresi sedih, banyak diam, menunduk

b.    Diagnosa keperawatan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c.    Tujuan khusus

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

d.    Tindakan keperawatan

1)      Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

2)      Perkembangan diri dengan sopan

3)      Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien

4)      Jelaskan tujuan pertemuan

5)      Jujur dan menepati janji

6)      Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

7)       Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

2)   Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.    Orientasi

1)      Salam Terapeutik

“Selamat siang mbak, perkenalkan nama saya Luh Putu Vidia Darmayanthi Dewi, panggil saja saya Vidia. Hari ini saya dinas dari pukul 14.00 sampai dengan 20.00 WIB. Nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?”

2)      Evaluasi

“Bagaimana perasaan mbak sekarang? Apa semalam mbak tidur nyenyak?”

3)      Kontrak

“Mbak, saya bertugas disini untuk merawat mbak dari hari rabu sampai jumat mulai dari jam 14.00 sampai dengan 20.00 WIB, saya harap selama saya merawat mbak, saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik.”

Topik   : “ Baiklah mbak, Bagaimana jika sekarang mbak bercerita tentang keadaannya saat ini?.”

Waktu : “ Mbak mau ngobrol- ngobrol berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit dari jam 10.00 sampai 10.15 wib?

Tempat : “ Kita akan ngobrol dimana mbak? Bagaimana kalau kita ngobrol disini?

b.    Kerja

1)      “Sekarang kita ngobrol-ngobrol ya mbak. Mbak tidak perlu takut dan cemas kepada saya. Ungkapkan  saja apa yang mbak rasakan saat ini. Saya akan berusaha membantu mengatasi masalahnya.”

2)      “Mbak, tadi sudah menyebutkan namanya, lalu berapa umurnya sekarang ?.”

3)      “Mbak sudah berapa lama dirawat disini ?”

4)      “Mbak berasal dari mana ?”

5)      “Mbak bersaudara berapa ?”

6)      “Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?

7)      “Mbak masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?”

8)      “Siapa yang membawa mbak kesini ?”

9)      “Menurut mbak, dibawa kesini karena apa ?”

10)  “Selama dirawat disini hal apa yang sudah mbak lakukan ?”

11)  “Bagaimana perasaan mbak saat melakukan kegiatan tersebut?”

12)  “Boleh saya tahu apakah hobi mbak ? bagaimana kalau sekarang mbak bercerita tentang hobi mbak?”

13)  “Wah.. ternyata bagus sekali hobinya. Boleh saya tahu apa pekerjaan mbak sebelum disini? Bisa diceritakan tentang pekerjaannya?”

14)  Wah kegiatan mbak bagus sekali.

c.    Terminasi

1)      Evaluasi Subyektif

“Setelah kita ngobrol tadi, bagaimana perasaan mbak ?”

“Apakah mbak masih ingat, kita membicarakan apa tadi mbak?”

“Apakah mbak bisa mengulangnya?”

2)      Evaluasi Obyektif

Pasien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat perawat.

3)      Kontrak

Topik

“Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi membicarakan tentang keluarga serta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ?”

Tempat

Mbak mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau disini?”

Waktu

“Kita nanti bertemu mbak? Bagaimana kalau jam 1 siang setelah makan mbak?”

4)      Rencana tindak lanjut

Nah mbak, sekarang sudah pukul 10.15 WIB, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai disini ya mbak. Sekarang mbak  istirahat dulu. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, mbak bisa sampaikan saat kita bertemu lagi.






Pertemuan II

1)   Proses Keperawatan

a.    Kondisi pasien

Pasien tampak duduk di tempat makan sendirian.

b.    Diagnosa keperawatan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c.    Tujuan khusus

Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

d.    Tindakan keperawatan

1)   Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

2)   Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

3)   Setiap bertemu beri pujian positif, hindarkan penilaian negatif

4)   Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.    Orientasi

1)   Salam Terapeutik

“Selamat siang, mbak I. Masih ingat dengan saya ?”

2)   Evaluasi

“Bagaimana perasaan mbak I saat ini ?”

3)   Kontrak

Topik             : “Tadi pukul 10 pagi, kita sudah janji bahwa sekarang pukul 1 siang, kita akan berbicara tentang keluarga serta kemampuan dan kegiatan yang pernah mbak I lakukan. Apakah mbak  bersedia?”

Waktu            : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15 menit, dari pukul 13.00 sampai 13.15?”

Tempat          : “Mbak mau berbincang-bincang di mana? Baiklah mari kita duduk di depan ruangan mbak”

b.    Kerja

1)   “Mbak, sekarang kita akan berbicara tentang keluarga mbak ya. Apakah mbak bisa menyebutkan anggota keluarga mbak?”

2)   “Nah sekarang kita akan membicarakan tentang kemampuan yang mbak I miliki. Kalau boleh tahu, apa saja kemampuan yang mbak I miliki?”

3)   “Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa mbak I lakukan? Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Mengepel? Menyapu? Mencuci piring ?”

4)   “Wah bangus sekali mbak bisa menyapu, lain kali disini mbak harus belajar mengepel, mencuci piring dan merapikan tempat tidur ya!”

c.    Terminasi

1)   Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mbak setelah kita mengobrol-ngobrol tadi?”

2)   Evaluasi Obyektif

Pasien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak mata sudah mulai bagus. Pasien juga menanyakan alamat serta keluarga perawat

3)   Kontrak

Topik

“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk membicarakan kegiatan mana yang masih dapat mbak lakukan di rumah sakit dan memilih kegiatan yang bisa ibu lakukan di rumah sakit?”

Tempat

mbak mau mengobrol di mana? Bagaimana jika di sini lagi?”

Waktu

“Bagaimana kalau kita bertemu besok pukul 11.00 pagi? mbak mau mengobrol berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”

4)   Rencana tindak lanjut

“Sekarang mbak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, mbak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan saya.”






Pertemuan III

1.    Proses Keperawatan

a.    Kondisi pasien

Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan.

b.    Diagnosa keperawatan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c.    Tujuan khusus

Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan dan dapat menetapkan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

d.    Tindakan keperawatan

Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki.

1)      Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih bisa digunakan saat ini

2)      Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien

3)      Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif

4)      Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

5)      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi pasien

6)      Beri contoh kegiatan yang boleh dilakukan



2.    Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.    Orientasi

1)      Salam Terapeutik

“Selamat siang, mbak I. Masih ingat dengan saya ?”

2)      Evaluasi

“Bagaimana perasaan mbak saat ini?”

3)      Kontrak

Topik   : “Kemarin pukul 1 siang kita sudah janji bahwa sekarang pukul 11.00, kita akan membicarakan kegiatan yang masih bisa mbak lakukan di rumah sakit. Apakah mbak I  bersedia?”

Waktu  : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15 menit, dari pukul 11.00 sampai 11.15?”

Tempat : “mbak I mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana jika di sini?”

b.    Kerja

1)      “Di pertemuan sebelumnya kita telah membahas kegiatan/kemampuan yang mbak kerjakan atau miliki. Dan dari daftar yang telah dibuat mbak bisa menyapu, tetapi karena mbak kemarin mengatakan sebelum mbak dirawat mbak mengepel menggunakan kain dengan cara bersimpuh sekarang karena berbeda caranya mbak tidak biasa menggunkan alat pel. Sebenarnya sama saja mbak hanya saja mbak mengepel dengan cara berdiri dan menggunakan tongkat yang berisi kain pel”

2)       “Nah, mbak I, selain menyapu apakah ada kegiatan/ kemampuan ini, yang mana masih dapat dikerjakan di rumah sakit?”

3)      “Bagus sekali kalau mbak masih bisa membuat canang, Apakah setiap pagi mbak membersihkan tempat tidur?”

4)      “Wah bagus sekali mbak mau membersihkan tempat tidur setiap pagi?”

5)      “Selain itu apakah mbak suka mengobrol dengan pasien atau perawat disini?”

6)      “Mbak I tidak usah malu dan malas untuk berbicara, kalau mbak I suka mengobrol nanti mbak I banyak punya teman”

7)      “Apakah mbak I senang punya banyak teman ?”

8)      “Bagus sekali kalau mbak mau mencoba, nanti saya kenalkan dengan teman saya. Apakah mbak bersedia ?”

c.    Terminasi

1)      Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mbak setelah kita mengobrol-ngobrol tadi?

2)      Evaluasi Obyektif

Pasien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak mata mulai bagus. Pasien juga mau berbicara dengan perawat serta pasien lain namun masih bicara seadanya.

3)      Kontrak

Topik

”Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita kembali membicarakan mengenai kegiatan yang akan mbak lakukan?”

Tempat

”Untuk pertemuan berikutnya, mbak mau mengobrol dimana? Apakah diruangan ini lagi ?”

Waktu

“Besok saya dinas hari terakhir di ruangan ini. Kalau besok mbak ingin mengobrol lagi mbak bisa ngobrol dengan saya atau teman saya. Nanti teman saya juga akan kesini mbak, mbak mau kan berteman dengan teman saya?

4)    Rencana tindak lanjut

“Sekarang mbak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, mbak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan saya.”




DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati. Hartono. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Munhith, Abdul. 2015. Teori dan Aplikasi Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset

Prabowo, eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha medika.

Prabowo, eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keparawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha medika.

Purwaningsih, Karlina. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika




Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri Reviewed by Nasirul ulum on November 28, 2018 Rating: 5

No comments:

Laporan Pendahuluan Ileus

Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Ileus

Powered by Blogger.