Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vertigo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Vertigo merupakan salah satu gejala sakit kepala
yang disertai pusing yang berputar yang pada umumnya penyakit tersebut tidak
disebabkan oleh kerusakan yang terjadi di dalam otak. Namun, suatu ketegangan
atau tekanan selaput otak atau pembuluh darah besar di dalam kepala dapat
menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala (Junaidi, 2013)
Berdasarkan data di amerika keluhan pusing merupakan
alasan 5,6 juta orag berkunjung di klinik. Menurut beberapa penelitian
menyatakan bahwa 1/3 orang mengeluhkan pusing mengalami vertigo. Pada tahun
2010 di indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi sekitar 50% dari orang
tua yang berumur 75 tahun, 50% dsri usia 49-50 tahun dan juga merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang di pratek umum
(Miralza Diza, 2008).
Rasa
pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respon yang dapat berupa
nigtagmus (usah koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan
vestibuler, serebellum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal) (Wreksoatmodjo, 2006).
Gerakan
kepala akan memperhebat vertigo, maka pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 jam pada hari pertama (Cermin Dunia Kedokteran No.
144, 2006). Selain itu terdapat pemberian terapi latihan brandt Daroff
merupakan latihan fisik yang bertujuan untuk melakukan habituasi terdapat
sistem vestibular central. Selain itu sebagian ahli berpendapat bahwa gerakan
pada latihan Brandt Daroff dapat melepaskan otokonia pada kupula berdasarkan
teori chupulolithiasis. Berdasarkan teori kanatulitiasis bila kanalis telah
kembali ke ultrikulus,
maka
kanalit tidak akan menganggu fungsi kupula lagi, sehingga tidak akan tercetus
gejala vertigo (Rully dkk, 2008).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah, Bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien vertigo ?
C. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Setelah menyelesaikan
tugas ini mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan penyakit vertigo.
2. Tujuan
Khusus
Mahasiswa mampu menyusun pengkajian pada pasien
vertigo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
Vertigo
1. Definisi
Vertigo adalah perasaan
seolah-olah penderita berputar, bergerak atau seolah-olah benda disekitar
penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo dapat berlangsung hanya beberapa saat atau
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Lebih dari dua juta orang pertahun
mengunjungi dokter karena vertigo dengan penggunaan keseimbangan (sumarliyah,
2008)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu
gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar
atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi
efiaty dan Nurbaiti, 2012)
2. Etiologi
Vertigo
Menurut Michael, 2005
etiologi dari antara lain :
a. Perifer
Lebih kurang 80% pasien
dengan pusing mengalami disfungsi labirin.
1) Penyakit
menierre
Biasanya timbul pada
usia pertengahan dan disertai dengan tinitus, kehilangan pendengaran, dan
vertigo serta pucat, mual dan muntah. Serangan berakhir dalam beberapa menit
sampai satu jam, dan biasanya menghilang secara mendadak. Sering kali
bilateral, dengan persistensi beberapa gejala selama beberapa tahun.
2) Neuronitis
vestibular
Timbul pada dewasa muda
dan kelompok usia pertengahan biasanya unilateral dengan serangan mendadak
hebat berupa vertigo, mual muntah,. Vertigo hilang secara spontan sesudah
beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering berhubungan dengan infeksi
viral yang terbaru.
3) Vertigo
postional benigna
Berakhir dalam waktu
kurang dari 1 menit dan dipresitasi oleh gerakan dan posisi tertentu. Biasanya
timbul pada orang muda dan sering berhubungan dengan infeksi saluran nafas
bagian atas.
4) Penyebab
lain
Obat-obatan, alergi,
sifilis kongenital dan infeksi bakterial dan viral.
b. Sentral
Pusing dalam keadaan
ini jauh lebih sedikit rasional dan tidak intermiten.
Mual dan muntah
biasanya tidak ditemukan.
1) Tumor
fossa posterior
Yang paling sering
adalah neuro akustika.
2) Insufisiensi
arteri vertebrobasiler
Penyakit ateroklerotik
menyebabkan iskemia dan konsekensinya timbul gejala. Serangannya singkat,
biasanya berhubungan dengan perubahan mendadak pada posisi kepala.
3) Pusing
pada trauma
Hal ini sering terjadi
sesudah cidera kepala dan sering berhubungan dengan nyeri kepala. Mekanisme tidak
diketahui secara pasti.
3. Klasifikasi
vertigo
Menurut Yayan A., 2008
klasifikasi dari vertigo adalah :
Vertigo
diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan,
a) Vertigo
perifer terjadi jika terdapat gangguan disaluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo perifer antara
lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan
akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit menierre (gangguan keseimbangan
yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibuler neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan keseimbangan), dan labyrinthitis (radang dalam
pendengaran).
b) Sedangkan
vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya dibagian saraf keseimbangan yaitu daerah percabangan otak dan screbellum
(otak kecil).
4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari
berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis
media. Dari berbagai penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran
bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi
etiologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik lainnya. Selain saraf ke
VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV,
dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur
dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan
darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan fungsi telinga akan
keseimbangan terganggu dan menimbulkan vertigo. Begitulah dengan tekanan darah
yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII psikiatrik meliputi depresi, fobia,
ansietas, psikomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang.
Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
dengan perjalannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi orang berbeda-beda.
5. Manifestasi
klinis
Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak yang lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih, lengket, nadi lemah, puyeng, nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus,
mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
putih.
6. Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan CT-scan MRI
kepala kepala dapat menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf.
Jika diduga infeksi maka bisa di ambil contoh cairan dari sinus atau dari
tulang belakang. Sedangkan jika diduga terjadi penurunan aliran darah ke otak
maka dilakukan pemeriksaan angiogram. Untuk melihat adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak.
7. Penatalaksanaan
Langkah-langkah untuk
meningkatkan atau mencegah gejala vertigo :
·
Tarik nafas dalam-dalam dan pejamkan
mata
·
Tidur dengan posisi kepala yang agak
tinggi
·
Dibuka mata pelan-pelan, meningkatkan
badan atau kepala kekiri dan kekanan
·
Bangun secara perlahan dan duduk dulu
sebelum beranjak dari tempat tidur
·
Hindari
·
posisis membungkuk bila mengangkat
barang
·
Gerakan kepala secara berhati-hati
8. Komplikasi
1) Cedera
fisik
Pasien dengan vertigo
ditandai dengan kehilangan keseimbanag akibat terganggunya saraf VIII
(vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap
berdiri berjalan.
2) Kelemahan
otot
Pasien yang mengalami
vertigo seringkali tidak melakukan aktifitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lam dan gerak yang
terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
BAB III
KONSEP KDM
A.
PENDAHULUAN
Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di perlukan oleh manusia. untuk dapat
berfungsi secara optimal, maka seseorang memerlukan istirahat dan tidur yang
cukup. Istorahat dan tidur diperlukan untuk memulihkan kondisi fisik dan mental
yang telah dipergunakan seharian. Demikian juga orang yang sedang
sakit,memerlukan istirahat dan tidur yang memadai.Namun dalam keadaan
sakit,pola tidur seseorang sering kali terganggu,sehingga perawat perlu
berupaya untuk memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
B.
DEFINISI
a) Istirahat
adalah suatu keadaan yang,releks tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kegelisahan/anxietas(Narrow,67).
b) Istirahat
juga diartikan diam bersantai setelah melakukan kerja keras.
c) Istirahat
tidak selalu di artikan sebagai keadaan tidak beraktivitas.
d) Tidur
adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana presepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indra
atau rangsangan yag cukup(Guyton 1981).
Narrow
(1967) mengemukakan enam ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan
istirahat. Sebagai besar orang dapat istirahat sewaktu mereka:
1. Merasa
bahwa segala sesuatu dapat diatasi/dibawah kontrol.
2. Merasa
diterima
3. Mengetahui
apa yang sedang terjadi/berlangsung
4. Bebas
dari angguan dan ketidaknyamanan
5. Mempunai
kepuasan terhadp rencana dan aktivitas yang dilakukan
6. Menggetahui
adanya bantuan sewaktu diperlukan
C.
FISIOLOGI TIDUR
Siklus
tidur secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu di medula,tepatnya di
RAS (retikular activating system) dan BSR (bulbar synchronizing region). RAS
terdiri dari neuron-neuron di medula ablongata,pons dan midbrain. Pusat ini
terlibat dalam mempertahankan status
banguna dan mempermudah bebrpa tahap tidur. Perubahan –perubahan
fisiologisdalam tubuh terjadi selama tidur.
Ada
dua teori tentang tidur :
Pasif
: RAS diotak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak aktif.
Aktif
: (di terima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan tidur di hambat
oleh bagian lain.
RAS
& BSR adalah fikiran aktif kemudian menekan pusat otak secara bergantian.
RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima sensory input (pendengaran, penglihatan, penciuman, nyeri dan
perabaan). rangsangan sensory mepertahankan seseorang untuk bangun dan waspada.
selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral.
D.
PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA TIDUR
a) penurunan
tekanan darah dan nadi
b) Dilatasi
pembuluh darah perifer
c) kadang
– kadang terjadi terjadi peningkatan aktifitas traktus gastro intestinal
d) relaksasi
otot – otot rangka
e) Basal
Metabolism Rate (BMR) menurun 10 – 30%
E.
FUNGSI TIDUR
1. Restorative
; selama tidur seseorang akan mengulang (review) kembali kejadian – kejadian
sehari – sehari, memproses, menyusun kembali, menyimpan dan menggunakannya
untuk masa depan.
2. Tingkah
laku ; tidur juga di yakini dapat menjaga keseimbangan mental dan emosional
serta kesehatan.
F.
MACAM – MACAM TIDUR
REM
(Rapid Eyes Movement / gerakan mata cepat) di tandai dengan :
1) mimpi
yang bermacam – macam
2) otot
otot kendor
3) kecepatan
jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
4) perubahan
tekanan darah
5) gerakan
otot tidak teratur
6) gerakan
mata cepat
7) pembebasan
steroid
8) sekresi
lambung meningkat
9) ereksi
penis pada pria
saraf - saraf simpatik bekerja selama tidur REM dan
di perkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang di gunakan sebagai
pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter 1980). Juga dapat
meningkatkan proses syntetic di otak sehingga dapat dapat memulihkan fungsi
tubuh, dan manusia dapat menjaga kesegarannya.
Tanda
– tanda seseorang mengalami kurang tidur REM :
·
individu cenderung hyperaktif
·
kurang dapat mengendalikan diri dan
emosinya
·
nafsu makan bertambah
·
bingung dan curiga
·
emosi labil
NREM (Non Rapid Eyes Movement /
gerakan mata tidak cepat)
Tidur
NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam, terdapat gelombang pendek karena
gelombang otak selama NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada
orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidak teratur.
tanda – tanda tidur NREM adalah :
1. mimpi
berkurang
2. keadaan
istirahat
3. tekanan
darah turun
4. kecepatan
pernafasan turun
5. metabolisme
turun
6. gerakan
mata lambat
tanda – tanda seseorang mengalami
tidur NREM :
·
menarik diri,apatis, respon menurun
·
merasa tidak enak badan
·
ekspresi wajah kuyu
·
malas bicara
·
kantuk yang berlebihan
G.
PATOFISIOLOGI TIDUR
1. Tidur
merupakan susunan syaraf pusat (SSP) yang berperan sebagai konsep biologik
2. Irama
seiring dengan rotasi bola dunia irama sirkadian
3. Tidur
tidak dapat d artikan sebagai de – aktivasi SSP, karena selama tidur SSP tetap
aktif dalam mengadakan sinkronisasi terhadap neuron substansia retikularis dari
batang otak
4. Dengan
Enchepalo Elektro Gram (EEG) kegiatan SSP selama tidur dapat diungkapkan.
H.
TAHAP-TAHAP TIDUR
Tahap
I :
1. Seseorang
baru saja terlena
2. Seluruh
otot menjadi lemas
3. Kelopak
mata menutupi mata
4. Kedua
bola mata bergerak bolak-balik kedua samping
5. Pada
EEG didapatkan penurunan Voltasi gelombang Alpha
6. Dapat
dibangunkan dengan mudah
7. Berlangsung
selama + 5 menit
8. Frekwensi
nadi dan pernapasan menurun
Tahap II :
1. Kedua
bola mata mulai berhenti bergerak
2. Suhu
tubuh menurun
3. Tonus
otot perlahan-lahan menurun
4. Berlangsung
selama 10-15 menit
5. Pada
EEG timbul gelombang Theta, gelombang ini disebut “Sleep Spindless”
Tahap
III :
1. Keadaan
fisik lemah lunglai, tonus otot lenyap secara menyeluruh
2. Terjadi
gelombang dasar Theta
3. Sesekali
timbul Sleep Spindless
4. Sulit
untuk dibangunkan
Tahap IV :
1. Keadaan
lemah lunglai
2. EEG
hanya terlihat gel. Dhelta, tanpa Sleep Spindless
3. Dapat
terjadi mimpi
4. Denyut
jantung dan pernafasan menurun 20% - 30%
5. Otot-otot
relak, jarang bergerak dan sangat susah dibangunkan
6. Memulihkan
keadaan tubuh
Tahap
V :
1. Keadaan
bola mata bergerak kembali dengan kecepatan lebih tinggi (REM)
2. Paradoksal
Sleep : sifat tidurnya nyenyak sekali tetapi sifat fisiknya terutama matanya
bergerak aktif
3. Mimpi
terjadi saat ini
Tahap I – IV
digolongkan NREM, tahap V digolongkan REM. Selama tidur malam rata-rata menjadi
4-6 kali siklus tidur, selama 7-8 jam.
Tanda-tanda
kehilangan tidur NREM dan REM :
1. Kemampuan
mengambil keputusan / pertimbangan menurun
2. Tidak
mampu berkonsentrasi / kurang perhatian
3. Kurang
perhatian / apatis dan mudah tersinggung
4. Tanda
keletihan; penglihatan kabur, mual, pusing
5. Sulit
melakukan aktivitas sehari-hari
6. Warna
kehitam-hitaman di sekitar mata
7. Daya
ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi dan ilusi pada penglihatan dan
pendengaran
I. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TIDUR
1) Penyakit
2) Gangguan
pada endokrin :
Hypertiroid ; sulit
tidur dengan cepat
Hypotiroid ; mengganggu
tidur pada tahap IV
3) Obat-obatan
4) Lingkungan
5) Gaya
hidup/kebiasaan
6) Stress
psikologi
7) Diet/nutrisi
J. POLA
TIDUR SESUAI UMUR
Bayi
baru lahir :
1) Tidur
14-18 jam sehari
2) 50%
tidur REM
3) Banyak
waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III & IV , tidur NREM.
4) Setiap
siklus sekitar 45-60 menit
Bayi (0-1 tahun) :
1) Tidur
12-14 jam sehari
2) 20
– 30% tidur REM
3) Tidur
lebih lama pada malam haribdan punya pola terbangun sebentar
4) 12
bulan terbangun 1-2 kali sehari
Usia Todler (1-3 tahun)
:
1) 10-12
sehari
2) 25%
tidur REM
3) Banyak
tidur pada malam hari
4) Terbangun
dini hari berkurang
5) Siklus
bangun-tidur normal sudah tetap pada umur 2-3 tahun
Pra sekolah (3-6 tahun)
:
1) 11
jam tidur malam hari
2) 20%
tidur REM
3) Periode
bangun ke 2 hilang pada umur 3 tahun
4) Pada
umur 5 tahun, tidur siang tidak ada, kecuali kebiasaan tidur pada sore hari
Usia sekolah (6-12
tahun) :
1) +10
jam pada malam hari
2) 18,5%
tidur REM
3) Sisa
waktu tidur relatif konstan
Remaja :
1) Tidur
+ 7-9 jam sehari
2) 20%
tidur REM
Dewasa
muda :
1) Tidur
+7-9 jam sehari
2) 20%
- 25% tidur REM
3) 5-10%
tidur tahap I
4) 50%
tidur tahap II
5) 10-20%
tidur tahap III-IV
Tahap pertengahan :
1) Tidur
+7 jam sehari
2) 20%
tidur REM
3) Dapat
mempunyai insomnia
Dewasa tua :
1) Tidur
+ 6 jam sehari
2) 20-25%
tidur REM
3) Tahap
tidur IV nyata berkurang
4) Periode
REM pertama lebih lama
5) Dapat
terbangun lebih sering pada malam hari
K. GANGGUAN
TIDUR
1. Insomnia
Ketidakmampuan
mencukupi tidur baik kwalitas maupun kuantitas. Jenis insomnia : insomnia
insial (seseorang sulit memulai tidur), insomnia intermiten (seseorang
terbangun saat tidur), insomnia terminal (seseorang terbangun lebih dini dan
sulit tidur lagi).
Insomnia juga dibagi
menjadi :
a)
Insomnia primer ; penderita bisa tidur
bahkan tidurpun bisamendekur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM
sangat kurang, sedangkan NREM cukup
b)
Insomnia sekunder psikoneurotik ;
organ-organ psikoneurotik pada umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak
fikiran/ danperasaan yang mengganggu individu sampai saat tidur. Misalnya ;
pusing, sakit kepala, perut kembung, badan terasa pegal-pegal
c)
Insomnia sekunder penyakit organik ;
karena terganggu oleh suatu penyakit organik, misalnya; nyeri,dan sesak napas
2. Hypersomnia
Suatu keadaan dimana
jumlah tidur berlebihan dari normal dan lebih 9 jam dimalam hari. Hypersomnia
biasanya berhubungan dengan gangguan psikologis (depresi, gelisah) dan penyakit
fisik : DM, hepar, penyakit paru konstruktif, ginjal SSP atau karena
obat-obatan.
3. Narkolepsi
Serangan ngantuk yang
mendadak terjadi disilang hari, penderita dapat tertidur pada setiap saat ia
mendapatkan serangan tidur. Biasanya terjadi setelah banyak makan, suasana
lingkungan monoton dan sunyi. Narkolepsi saat berbahaya bagi pengendara mobil,
pekerja pabrik, lingkungan berbahaya.
4. Parasamnia
Suatu rangkaian gangguan
yang mempengaruhi tidur anak-anak. Misal ; somnabulisme (berjalan-jalan saat
tidur). Enuresis (ngompol), nokturnal ereksi, night terrors (mimpi buruk),
mengigau, bruxisme (menggesek-gesek gigi geraham)
5. Sudden
onfant death syndrome /SIDS
Syndrome
yang tejadi pada bayi usia 12 bulan pertama yang bisa menyebabkan kematian.
Penyebab belum diketahui tapi diperkirakan system saraf belum matang.
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
tidur atau kebiasaan tidur
a)
Banyaknya tidur klien
b)
Kebiasaan menjelang tidur
c)
Jam berangkat tidur
d)
Penggunaan obat-obatan
e)
Lingkungan yang disukai saat tidur
f)
Kesulitan tidur
g)
Posisi saat tidur
2. Pemeriksaan
tidur
a)
Observasi : penampilan wajah, tingkah
laku, tingkat energi
Pemeriksaan fisik ;
pada dasarnya pemeriksaan fisik pada klien yang mengalami gangguan istirahat
dan tidur sama dengan pengkajian fisik yang lainnya yang meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik ini lebih difokuskan kepada
keadaan tubuh yang memungkinkan dapat menyebabkan gangguan pada saat istirahat
dan tidur misalnnya perut lapar, kekenyangan, adanya luka, nyeri, bau tidak
enak, pusing, depresi, mual, sering kencing, sering bab, kecanduan terhadap
obat, prosedur tindakn dll. Dapat pula ditemukan data fisik sebagai penunjang
akibat gangguan tidur.
-
Penampilan wajah : terdapat area gelap
sekitar wajah
-
Bengkak pada kelopak mata
-
Konjungtiva kemerahan
-
Mata kelihatan cekung
-
Tampak loyo, layu, kurang gairah
b)
Tingkah laku :
-
Mudah tersinggung, marah
-
Gelisah selalu menguap
-
Berbicara pelan
-
Tidak dapat mengambil keputusan yang
tepat
-
Menarik diri dan bingung
c)
Tingkat energi : lemah, letih dan lesu
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan : cemas, nyeri, strees , lingkungan tidak
menunjang dll
2. Potensial/resiko
injuri berhubungan dengan somnabulisme
3. Harga
diri rendah sehubungan dengan nocturnal enuresis
4. Tidak
efektifnya coping berhubungan dengan kehilangan tidur
5. Letih
berhubungan dengan insomnia
C. PERENCANAAN/INTERVENSI
Dalam
perencanaan pada prinsipnya harus memenuhi kriteria hasil yang diharapkan untuk
klien dengan masalah tidur
1. Klien
jatuh tertidur selama 30 menit setelah pergi tidur
2. Tidur
6 jam tampa bangun
3. Terbangun
tidak lebih 2x selama tidur , dan tidur kembali selama 15 menit
4. Klien
menyatakan segar setelah bangun
5. Tidak
memperlihatkan tanda-tanda kekurangan tidur
D. IMPLEMENTASI
Untuk
klien yang dirawat, masalah tidur sering berhubungan dengan lingkungan rumah
sakit atau penyakit mereka.
Tindakan
:
1.
Menciptakan lingkungan yang menyenangkan
a. Tutup
pintu kamar klien
b. Tutup
klirey sekitar bed klien
c. Cabut
steker telepon
d. Perdengarkan
musik yang lembut
e. Kurangi
cahaya berikan lampu tidur
f. Kurangi
stimulus ; percakapan, televisi, pengunjung
g. Tempatkan
klien dengan teman yang cocok
h. Buat
jadwal tindakan diluar waktu tidur
2. Support kebiasaan klien sebelum tidur
Dewasa :
a. Jalan-jalan
b. Mendengarkan
musik
c. Mandi
d. Berdoa
e. Menarik
napas panjang
f. Membaca
Anak-anak
:
a. Dibacakan
cerita
b. Memegang
boneka atau selimut dsb.
c. Cuci
tangan dan kali
d. Gosok
gigi
e. Makan
makanan yang mengandung tinggi protein misak ; susu hangat, keju,
kacang-kacangan
f. Hindari
banyak minum sebelum tidur
g. Hindari
latihan fisik yang berlebihan dan merangsang mental yang berlebihan sebelum
tidur
Berikan rasa nyaman dan relax
a. Berikan
baju tidur yang longgar
b. Atur
posisi setiap dua jam sekali
c. Bantu
klien untuk personal hygiene
d. Beri
laken yang lembut , bersih dan kering, bila perlu berikan selimut
e. Bantu
klien BAK sebelum tidur
f. Tawarkan
massage punggung sebelum tidur (remasan, gesekan, eflurasi, petrisasi, dan
tekanan menyikat)
g. Berikan
posisi yang enak bagi klien
h. Jadwal
pemberian obat jangan mengganggu tidur
i. Beri
obat analgesik bagi klien yang mengalami nyeri
j. Klien
yang mengalami pernafasan berikan posisi semi fowler dan obat broncodilator
Penyuluhan pada klien untuk
meningkatkan tidur
a. Latihan
yang cukup pada siang hari, hindari aktivitas sebelum tidur
b. Makan
makanan berprotein sebelum tidur
c. Hindari
minum kopi dan alkohol sebelum tidur
d. Relak
yang menenangkan sebelum tidur
e. Pergi
ke tempat tidur hanya bila ngantuk
f. Bila
tidak ngantuk lakukan aktifitas ringan sampai ngantuk. Tidur dan bangun yang
teratur untuk mencegah gangguan lonceng biologis
g. Berusaha
beranjak tidur pada waktu yang sama dan hindari tidur siang/sore hari
h. Hindari
kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
E. EVALUASI
Pada saat penilaian
maka semuanya dikembalikan kepada kriteria yang dibuat atas diagnosa yang
muncul. Keberhasilan tindakan dapat dinilai dari ketercapainya tujuan pasa
setiap diagnosa yang ditegakkan.
BAB IV
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Indentitas klien
Usia kebanyakan terjadi
pada usia tua (40-60), tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada usia
muda, jenis kelamin lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki
(muttaqin,2013 : 210).
b.
Alasan masuk rumah sakit
Pasien dengan vertigo biasanya
datang dengan keluhan perasaan atau sensasi tubuh yang berputar-putar terhadap
lingkungan (junaidi, 2013 :11).
c.
Keluhan utama
Keluhan utama yang
sering menjadi alasan pasien vertigo untuk meminta bantuan kesehatan adalah
mengalami rasa sakit yang hebat pada kepala (junaidi, 2013: 11).
d.
Riwayat kesehatan
1)
Riwayat penyakit sekarang
Vertigo terjadi karena
adanya kerusakan didalam otak. Pada kondisi akut pasien akan mengalami perasaan
atau sensasi tubuh berputar terhadap lingkungan, terjadi nyeri kepala yang
hebat, terjadi mual, muntah. Serangan vertigo hanya berlangsung sebentar,
tetapi vertigo juga dapat kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun (junaidi, 2013:11).
2)
Riwayat penyakit dahulu
Vertigo dapat terjadi
pada pasien dengan riwayat hipertensi, gangguan pada otak, dan gangguan pada
telinga bagian dalam (junaidi, 2013:11).
3)
Riwayat penyakit keluarga
Pada vertigo dapat terjadi pada
keluarga dengan riwayat yang menderita hipertensi dan juga strok (batticca,
2008).
2.
Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola
persepsi dan tatalaksana kesehatan
Pasien biasanya tidak
mengerti tatalaksana pada pasien vertigo. Seperti mengurangi stimulus dan
mengurangi rasa nyeri hebat pada kepala (Elizabeth, 2009:243).
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien vertigo
mengalami nafsu makan menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah dihubungkan dengan sensasi atau perasaan berputar terhadap lingkungan
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (junaidi, 2013:12).
c. Pola
eliminasi
1. Uri
Pasien dengan vertigo
biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi uri (junaidi, 2013: 12).
2.
Alvi
Pasien dengan vertigo
biasanya tidak terjadi gangguan pada eliminasi alvi (junaidi, 2013: 12).
d. Pola
aktivitas dan kebersihan diri
Gangguan neurologis
pada pasien dengan vertigo disebabkan oleh karena gangguan dalam otak, sehingga
pasien dengan vertigo mengalami penurunan dalam melakukan personal hyigene
(junaidi, 2013: 13).
e. Pola
istirahat tidur
Pola pasien dengan
vertigo biasanya mengalami gangguan istirahat tidur jika dalam fase akut
(junaidi, 2013: 13).
f. Pola
kognitif dan persepsi sensori
Pada pasien dengan
vertigo mengalami gangguan dalam fungsi kognitif kadang terjadi penurunan dalam
ingatan, penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi (muttaqin, 2011: 210).
g. Pola
konsep diri
1.
Indestitas diri
Pasien merasa
identitasnya terganti dalam keluarga karena sakit dialaminya (muttaqin, 2011:
210).
2.
Peran diri
Peran pasien dengan
vertigo dalam keluarga terganggu karena nyeri hebat pada kepala (muttaqin,
2011: 210).
3.
Gambaran diri
Pola pasien dengan
vertigo umumnya inginlekas sembuh tidak mengalami nyeri yang berkelanjutan
(muttaqin, 2011: 210).
4.
Ideal diri
Pasien jenuh dengan
keadaan yang dialaminya, berharap ingin pulih bagaimana pun perawatannya dan
biayanya (Elizabeth, 2009: 252).
5.
Harga diri
Pola pasien dengan
vertigo merasa tidak berdaya karena pasien tidak mampu melakukan tindakan
(muttaqin, 2011: 210).
h. Pola
peran hubungan
Pola pasien dengan
vertigo tidak terdapat adanya perubahan hubungan dan peran karena klien dapat berkomunikasi
dengan baik (muttaqin, 2008: 211).
i.
Pola seksual reproduksi
Gangguan neurologis
yang terjadi pada pasien vertigo dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi
kognitif dan efek psikologis sehingga menjadikan seseorang mengalami penurunan
gairah seksual (muttaqin, 2011: 211).
j.
Pola mekanisme koping
Pola penderita vertigo
biasanya pasien cenderung diam dalam menghadapi masalahnya (muttaqin, 2011:
211).
k. Pola
dan kepercayaan
Pasien dengan vertigo
mengalami sensasi atau perasaan berputar terhadap lingkungan sehingga mengalami
penurunan pratik ibadah (junaidi, 2013: 13).
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan
Umum
Umumnya klien dengan
vertigo mengalami nyeri kepala yang hebat sensasi atau perasaan berputar
terhadap lingkungan, mual, muntah dan tanda-tanda vital : tekanan darah
meningkat, denyut nadi bervariasi (junaidi, 2013: 13).
b. Pemeriksaan
fisik per-system
1. Sistem
Pernapasan
Pada sistem pernapasan
menurut junaidi, 2013 pada pasien vertigo adalah :
Ispeksi:
pada klien dengan vertigo tidak terjadi gangguan sistem pernapasan, RR dalam
batas normal, tidak ada sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
Palpasi
: didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi
: pada klien dengan vertigo tidak mengalami perubahan suara saat diperkusi
karena paru pada klien vertigo tidak mengalami konsolidasi.
Auskultasi
: tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien dengan vertigo.
2. Sistem
Kardiovaskuler
Pada sistem
kardiovaskular menurut muttaqin, 2008 : 213 ditemukan tanda:
Inspeksi
: pada pasien dengan vertigo didapatkan terjadi ekstremitas pucat karena
terdapat gejala migrain.
Palpasi
: saat palpasi pada pasien vertigo denyut nadi bervariasi dapat terjadi
bradikardia atau takhikardia.
Perkusi
: pada pasien dengan vertigo didapatkan suara redup.
Auskultasi
: pada pasien dengan vertigo biasanya tidak mengalami perubahan suara jantung
S1, S2, S3, dan S4.
3. Sistem
Persyarafan
Vertigo
menyebabkan gangguan neurologis bergantung pada letaknya. Pengkajian sistem
persyarafan merupakan pemeriksaan terfokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya
a)
Tingkat Kesadaran
Pada
keadaan lanjut, tingkat kesadaran vertigo biasanya tetap composmetis.
b)
Fungsi Serebri
1.
Status mental
Pada
vertigo tahap lanjut biasanya statusmental klien mengalami gangguan.
2.
Fungsi Intelektual
Pasien
vertigo didapatkan kadang mengalami penurunan dalam ingatan dan motorik baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemmapuan berhitung dan
kalkulasi pada beberapa kasus klien mengalami gangguan saraf otak, yaitu
kesukaran untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
3.
Kemampuan bahasa
Pada
pasien vertigo tidak terjadi penurunan kemampuan bahasa tergantung dari daerah
yang terganggu mempengaruhi fungsi dari serebri.
4.
Lobus Frontal
Pada
pasien vertigo tidak terjadi kerusakan lobus frontal maka akan terjadi gangguan
fungsi kognitif, efek psikologis dan fungsi intektual kortikal yang lebih
tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian
terbatas kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
4. Sistem
Perkemihan
Inspeksi
: pada pasien dengan vertigo tidak terlihat distensi abdomen hal ini
dikarenakan pasien dengan vertigo biasanya mengalami pengosongan sempurna pada
kandung kemih (muttaqin, 2008 : 213).
Palpasi
: pada pasien dengan vertigo tidak ditemukan distensi kandung kemih, hal ini
terjadi karena pasien tidak mengalami kerusakan neurologis terutama pada
kontrol sfingter urinarius eksternal dan pasien dapat berkemih dengan normal
(muttaqin, 2008: 213).
5. Sistem
Perncernaan
Sistem pencernaan pada
pasien dengan vertigo menurut muttaqin, 2008: 213 adalah sebagai berikut :
Inspeksi
: pada pasien dengan vertigo biasanya tidak tampak terjadi kesulitan menelan
saat makan, abdomen terlihat cekung karena pada pasien dengan vertigo mengalami
kekurangan nutrisi akibat mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
Auskultasi
: saat auskultasi biasanya pada pasien dengan vertigo bising usus normal.
Perkusi
: saat palpasi karena bising usus normal biasanya suaranya akan timpani.
Palpasi
: pada pasien dengan vertigo tidak terjadi nyeri tekan dibagian abdomen.
6. Sistem
Muskuloskeletal
Vertigo
adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler. Tidak terjadi disfungsi motorik. Pada kulit, jika kekurangan
oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan jelek.
B. Perumusan
Diagnosa
a. Nyeri
kepala yang berhubungan dengan penekanan pada selaput otak
b. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan muntah
c. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan otot mata dan ekstremitas
d. Ansietas
yang berhubungan dengan kurangnya informasi
e. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pada saraf ke VII dan kelemahan
secara umum
C. Intervensi
a. Nyeri
kepala yang berhubungan dengan penekanan pada selaput otak
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang
sampai hilang.
Kriteria hasil :
1. Memperlihatkan
tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
2. Melaporkan
kesejahteraan fisik dan psikologis.
3. Mengenali
faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut.
4. Melaporkan
nyeri pada penyedia layanan kesehatan.
5. Mempertahankan
selera makan yang baik.
Intervensi
:
1. Kaji
nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi dan durasi.
2. Posisikan
klien senyaman mungkin.
3. Berikan
informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung
dan atisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
b.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi gangguan nutrisi.
Kriteria
hasil :
1.
Mengetahui adanya faktor resiko
2.
Turut serta dalam program latihan fisik
yang teratur
3.
Mempertahankan berat badan ideal.
4.
Mengonsumsi diet yang seimbang
Intervensi :
1.
Berikan informasi mengenai konseling
diet dan program latihan fisik.
2.
Diskusikan bersama individu kondisi
medis yang dapat mempengaruhi individu.
3.
Pantau intake dan output klien.
c.
Intolensi aktivitas yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan otot mata dan ekstremitas.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria
hasil :
1.
Mengidentifikasi aktivitas atau situasi
yan menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
2.
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
yang dibutuhkan dengan peningkatan normal dengan jantung, frekuensi pernapasan
dan tekanan darah.
3.
Menampilkan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur.
2.
Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat
tehnik perawatan diri dan pengaturan aktivitas.
3.
Batasi rangsangan lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi.
d.
Ansietas yang berhubungan dengan
kurangnya informasi
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi ansietas.
Kriteria
hasil :
1.
Meneruskan aktifitas yang dibutuhkan
meskipun mengalami keputusan.
2.
Menunjukkan kemampuan untuk berfokus
pada pengetahuan dan keterampilan yang baru.
3.
Mengidentifikasi gejala yang merupakan
indikator ansietas pasien sendiri.
Intervensi :
1.
Kaji dan dokumetasikan tingkat kecemasan
pasien
2.
Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas.
3.
Kurangi rangsangan yang berlebihan
dengan menyediakan lingkungan yang tenang, kontak yang terbatas dengan orang
lain jika dibutuhkan.
e.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan gangguan pada saraf ke VII dan kelemahan secara umum.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa
isyarat.
Kriteria
hasil :
1.
Mengkomunikasikan kebutuhan kepada staf
dan keluarga dengan frustasi minimal.
2.
Mengkomunikasikan kepuasan dengan cara
komunikasi alternatif
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan untuk berbicara,
mendengar, menulis, membaca dan memahami.
2.
Bedakan afasia dengan disatria.
3.
Dorongan pasien untuk berkomunikasi
secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vertigo
merupakan salah satu gejala sakit kepala yang disertai pusing yang berputar
yang pada umumnya penyakit tersebut tidak disebabkan oleh kerusakan yang
terjadi di dalam otak. Namun, suatu ketegangan atau tekanan selaput otak atau
pembuluh darah besar di dalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat
pada kepala
Penyakit
Vertigo ini sering menyerang usia kebanyakan terjadi pada usia tua (40-60),
tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada usia muda, jenis kelamin
lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki.
B.
Saran
Mahasiswa mampu
memahami tentang penyakit vertigo sehingga dapat menerapkan tentang keperawatan kepada pasien dengan memenuhi
asuhan standart-standart asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiolog.Jakarta:EGC.
Israr
Y,A.2008.Vertigo.Pekanbaru:Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Muttaqin,
Arif.2008. Asuhan Keperawatan klien
dengan gangguan sistem persarafan.jakarta:Salemba Medika.
Wilkinson,
M.J.2012. Buku Saku Keperawatan NANDA
NIC NOC.Jakarta:EGC.
Wreksoatmodjo.2006.Cermin dunia kedokteran.Bogor:Jurnal
keperawatan indonesia
Laporan Pendahuluan Vertigo
Reviewed by Nasirul ulum
on
December 04, 2018
Rating:
Aces Casino Review - Fecasino
ReplyDeleteThe online 제왕카지노 casino 1xbet of Playtech is not only one of the top names in the online gambling industry, it is 바카라 one of the most well-known names in the online gambling industry.