A.
MASALAH
UTAMA
Isolasi
sosial : Menarik Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Isolasi
social adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptife dan dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI, 2000).
Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin dalam Keliat, 2011).
Isolasi
social adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
Menarik
diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindarai hubungan dengan orang lain (Rawlins, 2001).
2. Penyebab
Menurut
Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda
dan Gejala :
·
Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
·
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
·
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
·
Percaya diri kurang (sukar mengambil
keputusan)
·
Mencederai diri (akibat dari harga diri
yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
kehidupannya)
3. Jenis
Isolasi
social 2 jenis:
a. Isolasi
ruang
Dapat
dipaksakan dari luar dengan meniadakan kontak seperti yang terjadi ketika
seseorang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau dipenjarakan. Akibatnya,
individu akan tercabut dari perlindungan kelompoknya atau dalam kasus seekor
binatang, akan terlepas dari gerombolannya. Hal yang agak mirip terjadi pada
diri orang yang dikucilkan atau dipenjarakan, dan hingga derajat tertentu juga
terjadi pada orang asing yang berada dalam suatu masyarakat yang bukan
lingkungannya sendiri, memperlihatkan kecenderungan lebih besar untuk
bertingkah laku anti social.
b. Isolasi
organik
Gejala
ketersaingan yang disebabkan bukan karena ketiadaan kontak yang dipaksakan dari
luar, melainkan karena ketiadaan kontak yang disebabkan karena kecacatan
individu seperti kebutaan dan ketulian. Akibat penting kecacatan seperti itu
ialah kurangnya pengalaman bersama tertentu dengan semua orang normal. Akibat
kecacatan organic sangat mirip dengan kecacatan social seperti perasaan malu
yang berlebihan, curiga berlebih, inferior atau superior dan kesukaan
menonolkan kepintaran diri.
4. Rentang
respon
Respon adaptif
Respon Maladaptif
Solitut otonomi kesepian
Manipulasi
Otonomi Menarik
diri
Impulsif
Kebersamaan
Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan
a. Respon
adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu
dalam menyelesesaikan masalah yang dihadapinya.
1). Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan
apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2). Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk
menentukan daan menyampaikan ide-ide pikiran.
3). Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4). Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antar individu
dengan orang orang lain dalam hubungan interpersonal.
b. Respon
maladaptive
Respon maladaptive adalah respon yang
diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
1). Menarik dari
Gangguan yang terjadi apabila seseorang
memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara waktu.
2). Manipulasi
Adalah hubungan social yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada
diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu
tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.
3). Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya
diri dan kemampuan yang dimiliki.
4). Impulsive
Ketidak mampuan merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai
penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5). Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pecemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung (Ernawati, dkk, 2009).
5. Proses
terjadinya masalah
a. Faktor
predisposisi
1). Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk
berhubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari
usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang
positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga
yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon social maladaptive.
2). Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam
respon social maladaptive.
3). Faktor sosiokultural
Isolasi social merupakan faktor utama
dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang
produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis,
isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang
berada dari yang dimiliki budaya mayoritas.
4). Faktor dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat
mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga
diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang
bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
(Ernawati, dkk, 2009).
b. Faktor
presipitasi
1). Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena
menurunnya stabilits unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya karena dirawat dirumah sakit.
2). Stress psikologi
Ansie tas berat yang berkepanjangan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tututan
untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi (Ernawati,
dkk, 2009).
6. Tanda
dan gejala
Menurut Farida dan Hartono (2010), tanda
dan gejala menarik diri adalah:
1) Menyendiri
di ruangan
2) Tidak
berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3) Sedih,
efek datar
4) Perhatian
djkan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5) Berpikir
menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6) Mengekspresikan
penolakan atau kesepian kepada orang lain
7) Tidak
ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
8) Menggunakan
kata-kata simbolik
9) Menggunakan
kata yang tidak berarti
10) Kontak
mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara
11) Pasien
cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
Menurut Budi Anna Keliat (2009) tanda
dan gejala menarik diri :
1) Perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2) Rasa
bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3) Gangguan
hubungan sosial (menarik diri)
4) Percaya
diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5) Mencederai
diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakhiri kehidupannya)
Tanda-tanda menarik diri dilihat dari
beberapa aspek :
a. Aspek
fisik :
1. Makanan
dan minuman kurang
2. Tidur
kurang atau terganggu
3. Penampilan
diri kurang
4. Keberanian
kurang
b. Aspek
emosi :
1. Bicara
tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2. Merasa
malu, bersalah
3. Mudah
panic dan tiba-tiba marah
c. Aspek
sosial
1. Duduk
menyendiri
2. Selalu
tunduk
3. Tampak
melamun
4. Tidak
peduli lingkungan
5. Menghindar
dari orang lain
6. Tergantung
dari orang lain
d. Aspek
intelektual
1. Putus
asa
2. Merasa
sendiri, tidak ada sokongan
3. Kurang
percaya diri
7. Akibat
isolasi sosial
Salah satu gangguan berhubungan social
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh
perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam
perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk, 2009).
Klien dengan prilaku menarik diri dapat
berakibat adanya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah stu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi
adalah persepso klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal.
Tanda dan gejala:
·
Bicara, senyum dan tertawa sendiri
·
Menarik diri dan menghindari dari orang
lain
·
Tidak dapat membedakan tidsk nyata dan
nyata
·
Tidak dapat memusatkan perhatian
·
Curiga, bermusuhan, merusak (diri
dendiri, orang lain dan lingkungan), takut
·
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 2009).
8. Mekanisme
koping
a. Prilaku
curiga : regresi, proyeksi, represi
b. Prilaku
dependen : regresi
c. Perilaku
manipulative : regresi, represi
d. Isolasi/menarik
diri : regresi, represi, isolasi
(Eko Prabowo, 2014).
9. Penatalaksanaan
Menurut Dalami, dkk (2009) isolasi
social termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
a. Electro
Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah
suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30
detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya diotak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative cukup
lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam
psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada pasien.
c. Terapi
Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk
mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan
harga diri seseorang.
10.
|
Perubahan Sensori
Persepsi: Halusinasi
|
Isolasi Sosial: Menarik diri
|
Gangguan Konsep Diri: Harga
diri rendah
11. Diagnosa
Keperawatan
a. Perubahan
sensori persepsi halusinasi b.d Menarik diri
b. Isolasi
social menarik diri b.d Harga diri rendah
12. Rencana
Asuhan Keperawatan
Untuk membina hubungan saling
percaya dengan klien isolasi sosial perlu waktu yang tidak sebentar.perawat
harus konsisten bersikap terapeutik pada klien .selalu penuhijanji ,kontak
singkat tapi sering dan penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa di
lakukan .
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI
SOSIAL : MENARIK DIRI
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
Tujuan
umum :
Pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan
khusus :
TUK
1 :
Dapat
membina hubungan saling percaya
Kriteria
hasil :
Setelah
…x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat. Pasien dapat
mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara verbal :
1. Mau
menjawab salam
2. Ada
kontak mata
3. Mau
berjabat tangan
4. Mau
berkenalan
5. Mau
menjawab pertanyaan
6. Mau
duduk berdampingan dengan perawat
7. Mau
mengungkapkan perasaannya
|
Bina
hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1. Sapa
pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan
diri dengan sopan
3. Tanyakan
nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
4. Jelaskan
tujuan pertemuan
5. Buat
kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur
dan menepati janji
7. Tunjukan
sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Ciptakan
lingkungan yang tenang dan bersahabat
9. Beri
perhatian dan penghargaan: temani pasien walau tidak menjawab
10. Dengarkan
dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan pasien
11. Beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.
12.
|
TUK
2:
Pasien
dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria
hasil:
Setelah
…x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri
yang berasal dari:
1. Diri
sendiri
2. Orang
lain
3. Lingkungan
|
1. Tanyakan
pada pasien tentang
a. Orang
yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang
terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
c. Apa
yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
d. Hal-hal
yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
e. Upayah
yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain
2. Kaji
pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
3. Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
tidak mau bergaul
4. Diskusikan
pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul
5. Berikan
reinforcement positif terhadap kemampuan pasien dalam mengungkapkan
perasaannya
|
TUK
3:
Pasien
dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria
hasil:
Setelah
…x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain, missal:
1. Banyak
teman
2. Tidak
kesepian
3. Bisa
diskusi
4. Saling
menolong
Setelah
…x pertemuan, pasien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain. Missal:
1. Sendiri
2. Tidak
punya teman, kesepian
3. Tidak
ada teman ngobrol
|
1. Kaji
pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang berhubungan
dengan orang lain
3. Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Diskusikan
bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
5. Beri
reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
|
TUK
4:
Pasien
dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria
hasil:
Setelah
…x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap
klien-perawat, klien-perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat
lain-klien-perawat lain, klien-perawat-keluarga/kelompok masyarakat.
|
1. Observasi
perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
2. Beri
motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan orang lain
melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat-perawat
lain-pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain-masyarakat
3. Beri
reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu
pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5. Beri
motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
6. Diskusikan
jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi waktu luang
7. Memotivasi
pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
8. Beri
reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan melalui
aktivitas yang dilaksanakan
|
TUK
5:
Pasien
dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Kriteria
hasil:
Setelah
…x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untuk:
1. Diri
sendiri
2. Orang
lain
3. Kelompok
|
1. Dorong
pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain/kelompok.
2. Diskusikan
dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
3. Beri
reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya berhubungan
dengan orang lain.
|
TUK
6:
Pasien
dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan pasien untuk berhubungan dengan
orang lain.
Kriteria
hasi:
Setelah
1x pertemuan, keluarga dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian
menarik diri dan tanda gejalanya
2. Penyebab
dan akibat menarik diri
3. Cara
merawat pasien dengan menarik diri
4. Setelah
…x pertemuan keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan
menarik diri
|
1. Bina
hubungan saling percaya dengan keluarga: salam, perkenalan diri, sampaikan
tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga.
2. Diskusikan
pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik
diri
3. Diskusikan
dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik, penyebab prilaku menarik
diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi,
cara keluarga menghadapi pasien menarik diri
4. Diskusikan
potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien menarik diri
5. Latih
keluarga merawat pasien menarik diri
6. Tanyakan
perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
7. Anjurkan
anggota keluarga untuk member dukungan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan orang lain
8. Dorong
anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien minimal satu
minggu sekali
|
TUK
7:
Paien
dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Kriteria
hasil:
Setelah
…x interaksi, pasien menyebutkan:
1. Manfaat
minum obat
2. Kerugian
tidak minum obat
3. Nama.
Warna, dosis, efek samping obat
Setelah
…x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dan menyebutkan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
|
1. Diskusikan
dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum, serta
karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum
obat)
2. Bantu
dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
3. Anjurkan
pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat merasakan
manfaatnya
4. Beri
reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan benar
5. Diskusikan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
6. Anjurkan
pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
|
STRATEGI PELAKSANAAN
MENARIK DIRI
Pertemuan
: 1
Sp
1
1. Proses keperawatan
a.
Kondisi pasien
Senang menyendiri,
duduk di pojok termenung, apatis, ekpresi sedih, efek tumpul, banyak diam, kontak mata kurang
(menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang,
posisi menekur.
b.
Diagnose keperawatan
Isolasi sosial menarik
diri.
c.
Tujuan khusus
1)
Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat.
2)
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik
diri.
3)
Klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
4)
Klien dapat minum obat dengan benar.
d.
Tindakan keperawatan
1)
Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial.
2)
Mendiskusikan dengan klien tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3)
Mendiskusikan dengan klien tentang
kerugian berinteraksi dengan orang lain.
4)
Mengajarkan klien cara berkenalan dengan
satu orang.
5)
Menjelaskan cara minum obat dengan
benar.
6)
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan
latihan berbicancang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
2. Strategi komunikasi dan pelaksanaan
tindakan keperawatan
a. Orientasi
1.
Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu,
perkenalkan nama saya A.P, saya dipanggil A. Saya adalah perawat yang akan
merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan senang di panggil siapa ?”
2.
Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu
pagi ini ? Apa yang terjadi di rumah sampai ibu di bawa kemari ?”
3.
Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang kejadian dirumah, agar saya dapat membantu cara
mengatasinya.”
Waktu
“Ibu mau berapa lama
bercakap-cakap ? Bagaimaan kalau 15 menit.”
Tempat
“Dimana kita akan
bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di ruangan ini saja ?”
b. Fase kerja
“Selamat pagi ibu,
perkenalkan nama saya A.P, saya dipanggil A. Saya adalah perawat yang akan
merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan senang di panggil siapa ? baik ibu
S, Dirumah ibu tinggal dengan siapa ?
“saya lihat kenapa ibu dari tadi menyendiri?”.“apa yang menyebabkan ibu menyendiri dan tidak mau berbaur dengan orang
lain?”(klien menceritakan perasaan kesepian dan ditolak orang lain)”
“Bagus sekali, ibu
dapat menyebutkan penyebab ibu menyendiri.”
“Menurut ibu apa saja
keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? wah benar, ada teman bercakap-cakap.
Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya
tidak mempunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah ibu belajar bergaul dengan orang lain
“selain itu ibu harus
tetap mengonsumsi obat-obat yang telah diberikan sesuai dengan aturannya.”
“Obat
yang ibu S minum ada 3 macam warnanya orange namanya CPZ atau Clorpromazine,
yang merah jambu ini namanya haloperidol, sedangkan yang putih namanya trihexipenidil”
“Semuanya
harus ibu minum selam 3 kali sehari. Diminumnya pagi jam 7, siang jam 1, dan
sore jam 5”
“Bu
S manfaat obat ini yang orange dan yang merah jambu gunanya adalah untuk
menenangkan fikiran, menghilangkan rasa gelisah membuat ibu bisa tidur dengan
nyamansedngkan yang warna putih gunanya untuk merilekskan otot otot tubuh ibu
supaya tida gemetar”
“Bagaimana
ibu sudah mengerti belum ... ? bagus sekali jika ibu sudah menegrti”
“
Menurut ibu boleh tidak berhenti minum obat sebelum diizinkan dokter ? apa
betul bu tidak boleh ? apa akibatnya bu
kalau berhenti minum obat ? ya benar karena akn membuat perawaan ibu S tidak
tenang”
“
ibu sebelum minum obat ini ibu harus cek dulu yaitu erhatikan prinsip 5 benar
minum obat. Yang pertama yang harus ibu lihat adalah apakah obat ini benar
untuk ibu jadi lihat labelnya benar tulisan nama ibu S, yang kedua lihat apakah
benar yang diminum adalah HLP warna merah muda, CPZ warna orange dan THP watna
putih, kalau beda ama obat dan warna obatnya ibu harus tanyakan pada perawatnya
ya . yang ketiga semua obat ibu di minum 3 kali sehari satu tablet. Yang
keempat obat ini harus diminum tepat waktu jam 7 setelah sarapan, jam 1 siang
setelah makan siang dan jam 5 sore setelah makan sore. Yang kelima obat ini
harus benar diminum ya bu yang disimpan di bawah lidah atau dibuang.”
“bagai
mana ibu sudah mengerti ? ada yang ingin ditanyakan ? baiklah kalu sudah tidak
ada yang ditanyakan lagi”
c. Terminasi
1.
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu
setelah kita bercakap-cakap ?”
2.
Evaluasi obyektif
“Baiklah, apakah ibu
bisa mendemonstrasikan kembali cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi ?”
3.
Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau besok
kita latihan cara berkenalan dengan orang lain misalnya ibu dengan perawat
lain. Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Mau
jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
Waktu
“Ibu mau bertemu lagi
jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ?”
Tempat
“Ibu mau bercakap-cakap
dimana ?”
4.
Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut
pada SP, klien diberikan jadwal aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh
klien.
Pertemuan
: 2
SP
2
1. Proses keperawatan
a.
Kondisi klien
Senang menyendiri,
kontak atau interaksi dengan orang lain kurang, termenung.
b.
Diagnose keperawatan
Isolasi sosial menarik
diri
c.
Tujuan khusus :
1)
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
secara bertahap.
2)
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
setelah berhubungan dengan orang lain.
d.
Tindakan keperawatan :
1)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2)
Memberikan kesempatan pada klien
mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang.
3)
Membantu klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian.
2. Strategi komunikasi
a.
Orientasi
1.
Salam terapeutik
“Siang bu, ibu masih
mengingat saya ? iya benar sekali.”
2.
Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu
hari ini ? apakah ibu sudah mencoba apa yang sudah kita pelajari kemarin
mengenai cara berkenalan ? bagus sekali.”
3.
Kontrak
Topik
“Ibu, hari ini kita
akan mencoba berkenalan dengan perawat lain dengan cara yang sudah kita
pelajari kemarin. Saya akan mengajak ibu berkenalan dengan teman saya yaitu
perawat B.S. Bagaimana ibu, apakah ibu sudah siap ?”
Waktu
“Bagaimana kalau kita
mencoba melakukannya selama 15 menit ?”
Tempat
“Mari kira temui teman
saya di ruangan perawat ?”
b.
Fase kerja
(Bersama-sama klien
saudara mendekati perawat B.S)
“Selamat pagi perawat
B.S. ibu ini ingin berkenalan dengan perawat B.S.”
“Baiklah bu, ibu bisa
berkenalan dengan perawat B.S seperti yang kita praktikkan kemarin (pasien
melakukan cara berkenalan dengan perawat B.S: member salam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“’Ada lagi yang mungkin
ingin ibu tanyakan kepada perawat B ? coba tanyakan tentang keluarga perawat
B.”
“Kalau tidak ada lagi
yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Kemudian ibu bisa
membuat janji bertemu lagi dengan perawat B, misalnya jam 11 siang nanti.”
“Baiklah perawat B,
karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke ruangan ibu.
Selamat pagi.”(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat B untuk
melakukan terminasi dengan klien di tempat lain).
“bagai mana perasaan
ibu setelah berkenalan dengan perawat B?”
d. Terminasi
1. Evaluasi subjek
“Bagaimana perasaan ibu
setelah kita bercakap-cakap dan mencoba berkenalan dengan perawat B tadi ?
apakah ibu sudah benar-benar faham mengenai cara berkenalan dengan orang lain ?
bagus, lanjutkan ya bu.”
2. Evaluasi
Objektif
“Apa ibu bisa
menyebutkan apa saja yang sudah kita pelajari hari ini bu ? iya, benar.”
3. Kontrak
Topik
“Baik ibu, waktu kita
sudah selesai. Bagaimana kalau besok kita mencoba berkenalan dengan teman-teman
ibu yang lain ?”
Waktu
“Bagaimana kalau kita
bertemu jam 10.00 dan selama 20 menit ?”
Tempat
“Dimana tempat yang ibu
sukai ? baiklah, kita akan bertemu di tempat tersebut.”
4.
Tindak lanjut
Klien dapat melakukan
perkenalan secara bertahap dengan orang lain, jadwal aktivitas harian klien
dapat dikerjakan dengan baik dan benar oleh klien.
Pertemuan
: 3
SP
3
1. Proses keperawatan
a.
Kondisi klien
Klien masih suka
menyendiri, kontak mata kurang, hanya berbicara bila ditanya.
b.
Diagnose keperawatan
Isolasi sosial menarik
diri
c.
Tujuan khusus
1)
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
secar bertahap
d.
Tindakan keperawatan
1)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2)
Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mempraktikkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3)
Membantu klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
2. Strategi komunikasi
a. Orientasi
1.
Salam terapeutik
“Selamat pagi, bu.
Bagaiman kabarnya ?”
2.
Evaluasi
“Bagaimana ibu, apakah
sudah mau beraktivitas dan berinteraksi dengan teman-teman disini ?”
3.
Kontrak
Topik
“Bagaimana perasaan ibu
setelah berbicang-bincang dengan perawat B kemarin ? apakah ibu ingin punya
banyak teman lagi ? bagaimana kalau hari ini kita mencoba berkenalan dengan
klien lainnya ?”
Waktu
“Sesuai jadwal kemarin
(jam 10.00) bagaiman kalau kita mencoba berkenalan dengan klien lain selama 20
menit, apa ibu sudah siap ?”
b. Fase kerja
(Bersama-sama klien
pergi ke klien lainnya untuk diajak berkenalan)
“Biklah ibu, sekarang
coba berkenalan dengan ibu ini seperti yang sudah kita coba kemarin dengan
perawat B.”
(Klien
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan klien yang lain dengan cara menanyakan
nama, nama panggilan, alamat, dan seterusnya)
“Bagaimana ibu, apakah
ibu sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan kepada ibu C ? baiklah, jika
sudah tidak ada pertanyaan lagi pada ibu C, ibu sudahi perkenalan ini dan ibu
bisa membuat janji untuk bertemu lagi mungkin nanti jam 11 siang ?”
(ibu membuat janji
dengan klien C)
“Biklah ibu, mari kita
kembali ke ruangan kembali. Ibu sudah melakukannya dengan sangat baik.”
c. Terminasi
1.
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan
ibu, setelah berkenalan dengan orang lain ?”
2.
Evaluasi objektif
“Coba sekarang ulangi
perkenalan dengan orang lain. Iya, bagus sekali ibu. Ibu melakukannya dengan
benar.”
3.
Kontrak
Topik
“Baiklah ibu,
berhubungan waktunya sudah habis, kita akhiri sampai disini dan kita lanjutkan
besok. Ibu bisa melakukan perkenalan dengan teman-teman yang lain dengan cara
seperti yang sudah kita lakukan tadi, dan ibu bisa memasukkannya dalam jadwal
kegiatan ibu. Bagaimana jika nanti kita bertemu lagi untuk mencoba
berbincang-bincang dengan teman lainnya ?”
Waktu
“Bagaimana kalo kita
bertemu jam 11.00 ? apa ibu mau ?”
Tempat
“Untuk tempatnya
terserah ibu ? mungkin di taman ?”
4.
Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut
pada SP, klien diberikan jadwal aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh
klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Azizah,
L.M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi
Praktik Klinik). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Damaiyanti,M.
Dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan
Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Prabowo,
E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Askep Jiwa Isolasi Sosial Menarik Diri
Reviewed by Nasirul ulum
on
November 28, 2018
Rating:
No comments: